DANIA'S DIARY'S
by Kukuh Prasetyo
Sekitar lima puluh ribu tahun lalu di tengah
hutan rimba lahirlah seorang anak laki-laki. Anak ini terlihat beda dari
anak-anak lainnya. Pada saat dia lahir, dia tidak menangis, akan tetapi
langsung tersenyum dengan sangat manis. Anak itu adalah gue. Hahahaha
(intermezzo doank J). Nama gue adalah Danias Prawira, yang biasa
dipanggil temen-temen gue nias, yang sama dengan salah satu pulau di indonesia.
Tapi gue dirumah biasanya di panggil sama orang tua gue dan saudara-saudara gue
“dedek”,
padahal gue udah sebesar gini masih aja dipanggil gitu, ckckckck ==’. Gue berhasil keluar dari rahim nyokap gue dan bisa menghirup udara bebas pada tanggal 7 Juni 1995. Tapi gue heran kenapa gue malah nangis setelah gue berhasil keluar dari dalam rahim nyokap gue, begitu juga dengan bayi-bayi yang lain. Mungkin dengan naluri kebayian gue waktu itu gue terharu, setelah gue hanya bisa muter-muter doank didalam rahim nyokap gue dan terkadang gue nendang-nendang perut nyokap gue kayak orang yang gedor pintu, gue bisa bergerak bebas diluar sini. Gue lahir paling terakhir dari saudara-saudara gue, gue bungsu dari 4 bersaudara, gue dilahirkan dari pasangan Samidi dan sumarsih. Banyak yang bilang kalau anak bungsu itu sering dimanjain sama orang tuanya. Tapi pada kenyataan hidup gue gak seperti itu, bokap nyokap gue berlaku adil kepada semua anaknya, sebenernya gue tidak terlalu senang dengan hal ini, karena gue pengen juga dimanjaain. Tapi gak masalah, gue setidaknya dapat sedikit kasih sayang lebih dari nyokap gue, biarpun hanya sedikit lebihnya. Gue juga sangat bersyukur lahir ditengah-tengah keluarga ini, semua saudara-saudara gue sangat sayang dengan gue.
padahal gue udah sebesar gini masih aja dipanggil gitu, ckckckck ==’. Gue berhasil keluar dari rahim nyokap gue dan bisa menghirup udara bebas pada tanggal 7 Juni 1995. Tapi gue heran kenapa gue malah nangis setelah gue berhasil keluar dari dalam rahim nyokap gue, begitu juga dengan bayi-bayi yang lain. Mungkin dengan naluri kebayian gue waktu itu gue terharu, setelah gue hanya bisa muter-muter doank didalam rahim nyokap gue dan terkadang gue nendang-nendang perut nyokap gue kayak orang yang gedor pintu, gue bisa bergerak bebas diluar sini. Gue lahir paling terakhir dari saudara-saudara gue, gue bungsu dari 4 bersaudara, gue dilahirkan dari pasangan Samidi dan sumarsih. Banyak yang bilang kalau anak bungsu itu sering dimanjain sama orang tuanya. Tapi pada kenyataan hidup gue gak seperti itu, bokap nyokap gue berlaku adil kepada semua anaknya, sebenernya gue tidak terlalu senang dengan hal ini, karena gue pengen juga dimanjaain. Tapi gak masalah, gue setidaknya dapat sedikit kasih sayang lebih dari nyokap gue, biarpun hanya sedikit lebihnya. Gue juga sangat bersyukur lahir ditengah-tengah keluarga ini, semua saudara-saudara gue sangat sayang dengan gue.
Saat
umur gue menginjak 5tahun, gue
dijeblosin nyokap ke Taman Kanak-Kanak. Nama TK gue waktu itu adalah TK
Pembina, tempatnya gak jauh dari rumah gue. Tapi gue senang bisa bersekolah
disini. Pada hari pertama masuk TK, gue gak kayak anak-anak lain yang
kebanyakan waktu itu nangis waktu ditinggal orangtua mereka karena takut.
Sementara itu gue sangat bersemangat untuk sekolah. Saat nyokap gue nyuruh gue
masuk ke dalam kelas karena dia sudah mau pergi bekerja, nyokap gue berpesan
“deg, jangan nakal-nakal ya. Belajar yang bener. J”.
Gue nyahut “Iya ma”(dengan senyum yang lebar). Nyokap gue pun pergi ninggalin
gue, gue pun perlahan-lahan masuk ke
dalam kelas. Semakin masuk ke dalam kelas gue semakin merasakan atmosfer yang
berbeda, adrenalin gue meningkat, gue semakin bersemangat. Suara berisik
anak-anak lain yang menangis ditemani nyokap mereka semakin jelas. Lalu ada
seorang guru yang menghampiri gue. Awalnya gue agak takut dengan guru itu,
karena gue pikir gue bakal, diangkat dipundaknya dan gue bakal dilempar keluar
kelas(perasaan parno anak kecil,hahaha).
Tapi saat guru tersebut megang tangan gue dengan lembut, gue menjadi
tenang. Guru itu berkata “mama kamu mana???”, gue menjawab “pergi kerja bu guru”.
“Oh ya udah, kamu ikut ibu ya”(dengan suara yang lembut). Gue pun ikut dengan
guru itu, dan sampailah gue dibangku tempat duduk gue. Guru itu berkata “kamu
duduk disini ya??”, gue manggut dan tersenyum. Gue pun duduk dibangku itu. Ada
4 orang yang duduk dibangku lain di dekat gue, ada 2 anak perempuan dan 2 anak
laki-laki. Mereka berempat kelihatan asing banget buat gue waktu itu. Gue
sempat takut waktu melihat mereka pertama kali, karena tampang mereka yang
menurut gue kayak asing banget, saking asingnya di imajinasi gue mereka hampir
mirip dengan makhluk dari planet lain (imajinasi anak kecil). Anak laki-laki yang
pertama tepat disamping gue, namanya dimas. Kesan pertama gue waktu meliat
dimas, gue berfikir ini anak pasti nantinya bisa jadi atlet sundul profesional,
hahahaha. Dimas mempunyai jidat yang lebar dan licin, semut pasti bakal
terpeleset kalo jalan di jidatnya, hahahaha. Anak laki-laki yang kedua adalah
angga. Imajinasi gue waktu meliat angga, jikalau bapak gue gak punya cangkul di
rumah, pasti udah gue bawa pulang dia, karena hidungnya bisa gue jadiin
cangkul. Angga berperawakan besar dengan kulit hitam dan hidungnya yang mirip
cangkul, gue takut buat dekat-dekat dia waktu itu, karena salah-salah gue
dicangkul pakai hidungnya yang super mancung,wkwkwkwkwk. Mereka berdualah yang
nantinya bakal jadi temen baik gue selama di TK. Dua anak perempuan yang ada
satu bangku dengan gue tidak terlalu aneh kalo dibandingkan dengan si dimas dan
angga. Nama mereka adalah rena dan reni, ternyata mereka berdua adalah anak
kembar. Gue baru sadar, gue liat-liat mereka seperti pribahasa “anjing menggogong
kafilah berlalu”, eh maaf maksud gue “bagai pinang dibelah dua”, gagagagaga J. Dibanding mereka gue lebih terlihat tidak
aneh, gue adalah anak yang pendiam selama gue di TK.
Pelajaran
pertama hari itu adalah pelajaran bernyanyi. Lagu yang pertama kali diajarkan
sama guru kue waktu itu adalah lagu “Anak Budiman”. Pertama kali gue nyanyikan
lagu ini gue bingung sendiri. Gue bingung kenapa lirik terakhir sekaligus judul
lagu nya itu “anak budiman”, dalah pikiran polos gue waktu itu gue berfikir, kenapa
lirik terkahirnya itu “anak budiman”, padahal kan nama bokap gue bukan
“budiman”. Gue berniat untuk mengganti lirik terkhirnya itu dengan nama bokap
gue, menjadi “Anak Samidi” pada ketiga kalinya gue nyanyiin lagu itu. Tapi
untuk berapa saat gue berfikir dan gue sadar ternyatan budiman itu bukan nama
orang, tetapi berarti “Anak yang berbudi”, untung aja gue belom sempat gantiin
liriknya dengan nama bapak gue,kakkakkak J.
Saat bernyanyi rame-rame gue sangat bersemangat, karena itu pertama kalinya gue bernyanyi rame-rame. Gue
yang terlihat paling semangat diantara temen-temen sebangku gue. Guru-guru
waktu itu juga banyak memperhatikan gue, dalam pikiran mereka mungkin gue udah
kelihatan berbakat dalam bernyanyi atau malah mereka berfikir kenapa ini anak
kok teriak-teriak kayak anak monyet yang minta makan,hahahaha. Setelah
bernyanyi beberapa lagu, tibalah waktunya istirahat. Gue langsung mengambil tas
gue dan melihat apa nyokap gue bawain buat gue. Gue berfikir pasti nyokap gue
bawain gue bekal makanan kesukaan gue waktu karena itu adalah hari pertama gue
masuk TK. Saat gue buka bekal gue, gue buka pelan-pelan, ternyata beneran
nyokap gue bekalin gue makanan kesukaann gue, yaitu Yellow Rice atau dalam
bahasa indonesia artinya nasi kuning. Gue sangat suka nasi kuning waktu gue
kecil. gue ingat, gue pernah makan nasi kuning mulu satu harian, makan
pagi,siang, dan malam gue makan nasi kuning. Saking suka nya gue sama nasi
kuning. Karena kejadian hari itu, saat gue ke WC buat nyetor, kotoran gue
semuanya warna kuning (emang semua orang kalo nyetor kotorannya kuning ya?
Hehehehe). Untung aja kotoran gue waktu itu gak dalam bentuk nasi kuning juga.
Gue khawatir kalo kotoran gue waktu itu bentuknya nasi kuning, gue bakal
nampung dan gue makan lagi sangking sukanya gue sama nasi kuning (hahahaha,
jorok J). Kembali lagi pada hari itu. Saat gue tau
yang nyokap gue bekalin waktu itu adalah nasi kuning, gue langsung makan. Tapi
baru aja gue mau masukin suapan pertama gue ke dalam mulut gue, terdengar suara
guru gue yang berkata “anak-anak, sebelum makan kita berdoa dulu sama-sama
ya??? Ikutin bu guru”. Gue pun menaruh lagi nasi suapan pertama gue dan mulai
ngikutin bu guru membaca doa makan. Dimulai dengan membaca basamalah
bersama-sama, gue ngikut aja kayak burung beo. Setelah selesai basmalah gue gak
tau lagi mau membaca apa, karena gue belum tau doa makan. Jadi gue waktu itu
hanya mangap-mangap aja kayak ikan teri kalo lagi berenang sambil dengerin bu
guru baca doa sama anak-anak yang lain. Setelah selesai baca doa gue mengambil
suapan pertama gue dengan semangat sambil gue noleh ke arah angga dengan bekal
ayam goreng didipannya. Gue melihat dia meratiin gue dan nasi kuning gue. Gue
berpikir mungkin dia juga maniak nasi kuning sama seperti gue. Gue pun
mendekati dia dan berbaik hati berbagi dengan dia nasi kuning gue, karena dia
juga maniak nasi kuning. Saat gue mendekatinya dan gue menawarkannya untuk
berbagi nasi kuning gue, dia terlihat sangat senang sekali seperti gorila yang
baru saja dapat makanan, hahahaha. Dia tersenyum lebar ke arah gue dengan
senyuman khas dia dan tidak lupa hidung cangkul nya yang bergerak,hehehe. Dia
juga menawarkan gue ayam goreng bekalnya. Gue dan angga pun makan bersama dan
berbagi bekal, tapi gak pakai suap-suapan loh ya.
Setelah istirahat, tibalah saatnya untuk
bermain diluar. Permainan yang paling gue suka waktu gue TK adalah perosotan.
Gue sangat senang main perosotan karena perosotan memberikan sensasi yang
berbeda dari permainan-permainan lainnya. Gue merasakan kesenangan yang luar
biasa saat meluncur dari perosotan. Gue merasakan adrenalin gue meningkat dan
angin yang bertiup kencang ke arah gue. Gue berkali-kali mengulang permainan
ini tanpa rasa bosan. Sesekali gue mengajak angga dan dimas temen sebangku gue
untuk lomba bermain perosotan. Yang pertama kali gue ajakin lomba main
perosotan adalah si Dimas, Gue ngajakin dia “Dimas, lomba main perosotan yuk??
(berbicara selayaknya anak kecil)”. Dimas menyanggupi ajakan gue “ayuk, siapa
takut”. Gue dan Dimas pun naik ke atas perosotan. Setelah sampai diatas, gue
dan Dimas duduk bersiap-siap untuk meluncur. Gue optimis bakal menang dari
Dimas. Cuma ada sesuatu hal yang gue khawatirkan tentang dimas. Gue khawatir
saat meluncur dia kehilangan keseimbangan karena tidak kuat menahan berat jidatnya yang lebar dan dia tersungkur
ke tanah dengan jidat duluan, lalu bakal terjadi gempa bumi yang sangat dahsyat
karena jidatnya itu. Tapi gue khilangin semua kekhawtiran gue, gue berpikir
harus menang dari Dimas. Gue dan Dimas meluncur, gue memimpin didepan Dimas dan
akhirnya gue yang menang. Gue sangat senang karena gue yang menang sekaligus
lega karena Dimas gak tersungkur dan terjadi gempa bumi. Gue merasa seperti
atlet perosotan profesional setelah mengalahkan Dimas. Setelah menang dari
Dimas, gue menantang angga untuk lomba dengan gue. Gue juga sangat optimis
menang dari angga, karena gue pikir dia bakal susah untuk meluncur karena
badannya yang gede. Ternyata bener dugaan gue, gue yang menang dari angga.
Setelah meluncur ke tanah angga menghampiri gue, gue mulai takut apa yang bakal
angga lakuin ke gue. Apa dia bakal macul gue pakai hidungnya yang super
mancung. Ternyata gak, dia senyum ke gue dan ngajak gue bermain lagi. Tapi gak
lama kemudian lonceng berbunyi, saatnya
masuk ke kelas dan pulang. Sebelum pulang gue beresin tas gue dan berdoa
bersama-sama. Kali ini gue gak cuma mangap-mangap doank. Gue dengan suara yang
lantang membaca doanya, karena gue udah di ajarin sama nyokap gue,hehehe.
Setelah berdoa bersama gue dan anak-anak lainnya pun keluar. Ternyata abang gue
yang kedua udah nungguin gue didepan pagar TK gue. Gue pun mengghampiri abang gue dan siap untuk
pulang ke rumah.
Tapi
gue ternyata gak pulang ke rumah gue, gue di antar abang gue ke rumah bibi gue.
Gue dititipkan di rumah bibi gue, karena dirumah gue gak ada siapa-siapa. Orang
tua gue belum pulang. Jadi gue dan abang gue dirumah bibi gue. Tapi gue juga
gak terlalu bosan di rumah bibi gue, gue bisa main sama abang gue dan anak-anak
bibi gue. Setelah kira-kira jam setengah satu, gue dan abang gue pun pulang ke
rumah, karena orang tua gue udah pulang ke rumah jam segitu. Setibanya di
rumah, gue langsung disambut sama nyokap gue. Gue langsung digirin sama nyokap
gue masuk ke kamar, untuk digantiin pakaian gue. Saat nyokap gantiin pakaian
gue, nyokap sambil nanya-nanya ke gue gimana pengalaman gue di hari pertama di TK, “gimana deg tadi
sekolah nya???? Seneng????” nyokap nanya ke gue sambil tersenyum. Gue menjawab
“seneng banget ma, dedeg tadi nyanyi-nyanyi, makan sama temen-temen, terus main
perosotan ma, tadi juga dedeg lomba main perosotan sama temen dedeg, dedeg
menang ma lomba sama 2 temen dedeg main perosotan” (tersenyum lebar), “hebat
banget anak mama,” nyokap jawab ( ngelus-ngelus rambut gue sambil tersenyum).
Kadang-kadang gue kangen juga saat-saat seperti itu, gue dipuji sama nyokap
sambil ngelus-ngelus rambut gue, saat-saat itulah yang susah buat gue dapetin
saat gue remaja.
Sore harinya gue kadang-kadang main ke TK gue,
gue sama Dimas dan Angga pergi ke TK gue untuk bermain disana. Disana gue,
dimas dan angga biasanya maen perosotan, seperti yang gue bilang perosotan
adalah permainan favorit gue, sampai-sampai di TK gue anak-anak yang lain dan
guru-guru gue nganggap gue adalah anak yang paling jago maen perosotan, hehehe.
Kadang-kdang gue,dimas dan angga juga sering bermain bola di TK gue pada sore
hari. Gue, angga dan dimas lumayan jago dalam permainan sepak bola dan kami
termasuk tim yang solid. Gue biasanya bermain sebagai penyerang, karena hanya
gue kayak nya yang bisa di posisi ini dibanding dimas dan angga (kalian pasti
tau alasannya, hehe). Tapi gue punya posisi yang cocok buat mereka berdua dalam
tim gue, yaitu tukang pacul dan tukang sundul, hehehe. Yang gue maksud tukang
pacul dan tukang sundul adalah keeper (angga) dan pemain belakang (dimas). Tapi
gue julukin mereka dengan nama tukang pacul dan tukang sundul. Kenapa gue julukin
dimas tukang sundul dan angga tukang pacul???? Kalian tau kenapa???. Gue julukin mereka begitu karena mereka
sesuai banget dengan julikan itu. Dimas sebagai tukang sundul di tim gue dia
sangat profesional sekali menjalan kan perannya. Dia akan selalu siap untuk
menjaga daerah pertahanan kue tim gue, kalo ada musuh yang masuk dalam daerah
pertahanan gue, pasti anak itu akan tertekan jiwa dan raga nya melihat sesosok
anak kecil yang luar biasa lebar jidat nya, dan siap untuk menyundulnya dengan
jidatnya itu. Terbukti dalam permainan dimas hanya berapa kali dilewati oleh
pemain lawan. Kalau sesekali dimas dilewati, akan ada angga di jantung pertahanan
kami yang siap untuk menghadapi lawan dengan pacul nya, eh, maksud gue
hidungnya. Angga berbadan besar untuk seukuran anak-anak TK, jadi dia bakal
dengan mudah untuk menutupi gawang dan menangkap tendangan lawan, dan jika
sekali-sekali dia kewalahan dia akan mengeluarkan jurus pamungkasnya yaitu
pacul ajaib, hehehehe. Seperti yang gue bilang tim gue adalah tim yang solid,
tim yang tidak mudah dikalahkan sekaligus tim yang tidak mudah menang. Terbukti
saat gue TK tim gue hanya pernah menang sekali, dengan beberapa kali kalah dan
sangat sering seri. Tapi disetiap pertandingan tim gue pasti ada menimbulkan
luka mental mendalam kepada pemain lawan, ini berkat peran tukang pacul dan
tukang sundul,hehehehe. Ngomong-ngomong masalah bola ada suatu kejadian yang
paling gue ingat di memori gue tentang permainan sepak bola. Pada saat gue
sedang bermain bola di TK gue pada saat pelajaran olahraga, gue hampir buat
salah satu guru gue migran(sakit kepala sebelah) akibat tendangan keras gue.
Awal ceritanya, seperti biasa gue, dimas dan angga bermain tendangan pinalti di
halaman TK gue. Gue dan Dimas berlomba untuk membuat gol sebanyak mungkin ke
gawang nya si tukang pacul. Pertama giliran dimas, dimas bersiap-siap untuk
menendang bola seperti pemain profesional dengan jidat yang lebar. Dia pun
menendang bola dengan sekuat tenaganya ke arah gawang. Akan tetapin angga masih
sangat kuat, angga dapat dengan mudah menahan
tendangan dimas dengan gaya khas tukang pacul. Melihat dimas gagal
membuat gol gue sangat bahagia dan gue segera mundur menjauhi dimas, gue takut
kalo-kalo dia kesal, dia bakal nyundul-nyundulin gue. Tibalah giliran gue, gue
bersiap-siap untuk menendang bola. Gue Melihat ke arah gawang, disana ada angga
yang siap untuk memacul tendangan gue, eh, maksud gue menangkap tendangan
gue,hehehe. Gue perhatikan muka angga, semakin gue liat dia semakin gue yakin
kalo teori darwin itu benar,hehehe. Gue
pun menendang bola dengan semua kemampuan yang gue punya, gue arahkan tepat ke
sudut kiri gawang. Tendangan gue terlalu kuat untuk dibendung angga, awalnya
gue senang, tapi pada saat bola gue mengarah ke guru gue, gue mulai khawatir,
keringat gue mulai bercucuran, waktu serasa berjalan lambat(kayak slow motion
di film-film), untung aja guru gue cepat sadar kalau ada bola yang sedang
mengarah ke dia dan untungnya lagi guru gue lebih hebat dari si tukang pacul,
jadi guru gue bisa dengan mudah mementahkan tendangan super gue. Guru gue pun
selamat dari ajalnya karena tendangan gue. Tapi karena gue dan temen-temen gue
masih kecil, guru gue hanya memberi nasehat kepada gue dan temen-temen gue agar
lebih hati-hati lagi bermainnya. Gue bisa bernafas lega, karena guru gue itu
gak marah besar sama gue dan temen-temen gue. Gue ngira guru gue bakal marah
besar, dia bakal datang ke arah gue, angga, dan dimas lalu melempar bola sekuat
tenaga dia ke arah gue, lalu setelah gue terjatuh dia bakal masukin itu bola ke dalam mulut gue dengan brangasnya,
gue pun tergeletak. Lalu dia lanjut pergi ke arah angga dan menangkap paculnya
dan membanting angga seperti lagi nyuci baju, dan dia bakal melakukan yang
lebih berangas lagi kepada dimas, dia akan mengangkat badan dimas lalu
menjedotkan kepala dimas ke dinding sekolah layaknya orang yang sedang
bertukang. Saking paniknya gue, terlintas seperti itu dalam bayangan gue kalo
guru gue itu bakal marah. Tapi ternyata hal tersebut gak terjadi, gue dan
teman-teman gue selamat, karena guru gue itu baik juga. Dan inilah juga yang
dimiliki oleh anak kecil, kalo mereka berbuat kesalah dengan orang dewasa,
pasti mereka gak bakal dimarahi. Keberuntungan inilah yang gak dimilikin olah
orang dewasa.
Hari yang paling gue senang saat gue TK dulu
adalah hari SABTU. Yang gue seneng pada hari itu adalah TK gue pasti membagikan
makanan gratis kepada semua muridnya, jadi kalo gue dibekalin sama nyokap gue
terus di sekolah gue dapat makanan gratis, jadi nya gue bisa makan dua kali,
hehehehe (pikiran sederhana dari anak kecil). Di hari itu juga guru-guru TK gue
akan mengajak semua murid untuk jalan-jalan (Jalan kaki) keliling daerah
sekitar TK gue. Gue juga sangat senang dengan kegiatan ini. Tapi kegiatan ini
juga terkadang membuat gue cemas. Suatu ketika gue dan murid-murid lainnya
sedang berjalan-jalan sambil bernyanyi, udah lupa lagu apa, yang jelas bukan
lagu NOAH, karena NOAH waktu itu masih ada dalam kandungan (belum lahir), gue
dan murid-murid yang lain dikejutkan dengan sesosok makhluk berbadan besar,
bau, bertanduk, dan terkadang mengeluarkan suara “Mooooooooohhhhhhh”, orang
menyebutnya “SAPI”. Gue dan murid-murid yang lain pasti merasakan kengerian
yang berkali-kali lipat, serasa langit menjadi gelap dan seakan-akan hidup gue
sudah gak lama lagi (lebay, hehehe), saat sudah mulai sampai daerah yang banyak
makhluk itu sebut saja sapi. Gue takut karena pada saat gue dan yang lainnya
lewat daerah itu, semua sapi tersebut bakal mencoba untuk menyundul gue dan
yang lainnya. Mungkin kalo tidak diikat sama pemiliknya sapi-sapi tersebut
bakal mengejar gue sampai kemanapun. Jika hal itu terjadi hal pertama yang gue
lakukan adalah mendekati dimas dan berlindung dibalik jidatnya yang lebar, dan
gue bakal menghadapkan langsung si dimas dan sapi itu agar mereka bisa
sundul-sundulan, gue yakin dimas gak bakal kalah adu sundul dengan sapi itu.
Setelah melewati daerah itu gue merasa seperti terlepas dari maut, gue bisa
bernafas lega dan menikmati jalan-jalan gue lagi.
Gue
juga sering main kejar-kejaran pada saat gue TK dulu, gak tau apa asiknya
permainan tersebut. Sampai sekarang gue masih belum menemukan apa yang bisa
bikin permainan tersebut sangat populer dikalangan anaka-anak. Permainannya
sangat-sangat sederhana, kita hanya perlu lari sekencang-kencangnya agar tidak
tersentuh sama anak lain yang jaga. Gue juga sangat jago dalam permainan ini,
terhitung hanya berapa kali gue tersentuh dalam permainan ini. Rahasia gue
kenapa gue bisa begitu jago dalam permainan ini, gue selalu mengandaikan orang
yang mengejar gue itu adalah makhluk yang mengerikan yang punya sentuhan
mematikan, dalam satu sentuhan saja gue bakal mati pada saat itu juga. Dengan
bayangan seperti itu gue pasti gak bakal mau tersentuh sekalipun, karena jika
gue tersentuh nyawa gue bakal melayang. Sudah terhitung berapa kali gue
pertaruhkan nyawa gue untuk bermain kejar-kejaran, hehehehe J. Ngomong-ngomong soal permainan
kejar-kejaran, salah satu teman gue pernah mendapatkan pengalaman yang gak
bakal dia lupakan. Pada saat gue dan teman-teman gue sedang asik bermain,
tiba-tiba terjadi satu insiden. Salah satu teman gue terjatuh saat dia berusaha
melarikan diri agar tidak tersentuh. Anehnya dia terjatuh dengan gigi duluan
menyentuh batu. Spontan gue berfikir gigi temen gue itu bakal patah semua
seperti film Tom and Jerry. Tapi dia selamat, Insiden itu hanya membuat gigi
bagian depannya saja yang pecah. Tapi hal itu juga mungkin yang membuatnya
sangat terpukul, karena setelah kejadian tersebut dia menjadi jarang untuk
tersenyum.
Saat
gue TK, gue juga pernah ikut lomba menari. Gak tau bagaimana ceritanya gue bisa
ikut lomba menari. Mungkin guru gue pernah melihat gue menari saat gue sedang
joget-joget saat mendengar lagu dangdut, hehehehe. Waktu itu TK gue memilih
tarian kuda lumping untuk mengikuti lomba menari tersebut. Pada hari perlombaan
tiba, gue dan temen-temen gue bersiap-siap dulu di rumah salah satu guru gue.
Disana gue dan temen-temen gue didandanin sdemikian rupa. Gue disana dipakaikan
kostum yang biasa dipakai oleh pemain-pemain kuda lumping, tapi baju yang versi
kecilnya. Wajah gue juga dirubah habis-habisan, dibedakin super tebal, bibir
gue dikasi lipstik, alis sama mata gue ditulis mengggunakan pensil alis. Gue
bingung kenapa gue pasrah aja didandanin seperti itu. Dalam pikiran gue
sekarang, gue itu mau ikut lomba menari atau bakal dibawa ke suatu tempat dan
gue di suruh mangkal disitu dengan dandanan seperti itu. Tapi ternyata guru gue
mendandanin gue dan anak-anak yang lain seperti itu bertujuan agar kami
benar-benar tampil habis-habisan sehingga bisa menang dalam lomba tersebut. Gue
dan anak-anak yang lain pun pergi ke tempat lomba menari tersebut diadakan. Gue
dan yang lain turun dari mobil sesampainya di sana. Gue dan anak yang lain
menunggu di tempat yang telah disediakan. Gue terlihat sangat percaya diri
biarpun dengan dandanan gue seperti itu. Gue dan yang lainnya menunggu giliran
kami untuk tampil. Sambil menunggu kami diberi oleh panitia lomba tersebut kue
didalam kotak. Tapi guru gue melarang gue dan yang lainnya memakannya, karena
takut lipstik yang gue dan yang lain pakai hilang. Setelah beberapa saat
tibalah giliran TK gue untuk menampilkan tarian kami. Gue semakin percaya diri
karena semua orang yang menonton bersoarak untuk gue dan teman-teman gue. Gue
semakin semngat lagi karena bokap,nyokap, abang dan kakak gue juga menyaksikan
gue menari. Mulailah gue dan teman-teman yang lain menarikan tarian kuda
lumping dengan diiringi musik yang sangat enak. Satu demi satu gerakan tarian
tersebut kami gerakan, gue merasakan seperti penari profesianal dengan ditonton
banyak orang dan akhirnya selesailah tarian dari TK kami. Gue merasa sangat
senang, karena gak ada satupun gerakan yang gue dan anak yang lain salah
melakukannya. Saat gue dan yang lain turun dari panggung semua orang bersorak
untuk penampilan gue dan yang lainnya. Orang tua, kakak dan abang gue langsung
nyambut gue dibawah panggung, begitu juga temen-temen gue yang lain. Nyokap gue
langsung menghapiri gue, dan memeluk gue dengan erat. Beliau sampai meneteskan
air mata, beliau berkata “mama bangga banget sama kamu, nias” sambil tersenyum
ke gue. Gue pun spontan mengeluarkan airmata mendengar nyokap gue berkata
seperti itu. Gue sangat senang bisa membanggakan nyokap gue. Bokap, kakak dan
abang gue juga sangat senang dan bangga melihat gue. Saat-saat inilah yang gue
sangat rindukan saat gue remaja. Seperti
inilah masa-masa gue TK dulu.
Setelah
satu tahun gue bersekolah di TK gue tercinta, masuk lah ke masa-masa SD gue.
Gue dijebloskan sama nyokap gue ke SDN 7 SINGKAWANG TENGAH. Letak sekolah gue
itu gak jauh dari rumah gue, tinggal nyebrang jalan terus ada sabuah jalan yang
lebih kecil dari jalan raya, disamping warung serba ada milik Alphard Algifari
( kalian pasti tau warung yang sangat terkenal ini), hehehehehe. Warung ini
menyediakan semua barang yang anda butuhkan, menurut informasi yang gue dapatkan
dari alphard. Jadi kalo butuh sesuatu datang saja ke warung alphard, barang
lengkap harga terjangkau (loh, kok jadi promosiin warung alphard, “pat jangan
lupa komisi buat gue, hahahahaha”). Kembali lagi ke masa SD gue, hari pertama
gue SD gue di antar sama nyokap gue ke SDN 7. Gue semangat banget buat masuk
SD, beribu-ribu kali lipat semangatnya. Sepanjang jalan menuju sekolah bersama
nyokap, gue nyuruh nyokap gue buru-buru biar cepet sampai SD gue, gue
narik-narik baju nyokap gue sampai baju beliau melar karena gue tarik-tarik. Setelah berapa menit gue narik-narikin baju
nyokap gue, sampai gue dan nyokap gue ke SD yang gue maksud. Waktu gue sampai
gue melihat banyak banget anak-anak murid yang lain dengan tingkah laku mereka
masing-masing waktu gue melayangkan langkah pertama gue ke dalam gerbang, gue
merasakan atmosfer yang berbeda. Gue seperti merasakan ada yang berbeda dari
atmosfer di luar pagar sekolah dengan di dalam sekolah. Beberapa kali gue
mencoba untuk keluar pagar,terus masuk lagi untuk meyakinkan hal itu. Nyokap
gue sampai heran kenapa gue seperti itu, beliau mengira pasti gue kebelet
pengen ke WC, nyokap gue bilang ke gue “ kamu kenapa nias??? Kebelet ya? Ayo
mama antar ke WC?”, “gak ma, nias cuma iseng aj kok ma, heheheh J”. Nyokap pun langsung memegang tangan gue dan
membawa gue ke kelas yang bakal gue masukin. Gue semakin bersemangat untuk
melihat kelas mana yang bakal gue masukin. Sampai lah gue dan nyokap gue
ditengah-tengah dua kelas, yang salah satunya bakal jadi kelas gue. Gue disitu
disuruh sama guru buat milih kelas yang bakal jadi kelas gue. Gue diam sejenak.
Itu benar-benar pilihan yang sulit untuk anak seumuran gue waktu itu. Gue
mencoba mencari pilihan yang tepat buat gue. Gue melihat ke arah kelas yang
satu, lalu gue melihat ke kelas yang lainnya. Di kelas yang satu yaitu kelas A,
gue merakan aura negatif yang sangat besar dari kelas tersebut, berbeda dengan
kelas yang gue merasakan lebih banyak aura positif. Dari hasil penerawangan gue
waktu itu, akhirnya gue memilih kelas B yang lebih banyak aura positifnya,
karena gue belum siap kalo mesti masuk kelas dengan aura negatif yang sangat
kuat, gue belum siap untuk belajar dengan para makhluk-makhluk astral disekitar
gue. Apa jadinya kalo gue satu kelas dengan mereka, yang ada malah gue gak bisa
ngapa-ngapain, setiap harinya gue bakal ngebanjirin kelas gue dengan air
kencing gue, gak bisa dibayangin. Akhirnya gue pun masuk ke kelas B. Waktu gue
masuk, hasil penerawangan gue memang bener. Kelas yang gue pilih serasa sangat
nyaman, guru yang ngajar kelas gue juga sepertinya sangat baik sekali. Gue
duduk sama anak lain yang belum gue kenal sama sekali. Gue bener-bener belum
mengenal sama sekali anak-anak lain yang ada dikelas gue. Sebenernnya sobat
karib gue saat TK si dimas juga masuk ke SD yang sama dengan gue. Tapi
sayangnya dia salahh memilih kelas sebelum gue sempat menegurnya dan
menyadarkannya. Tapi gak masalah gue pikir memang cocok mamasuki ke kelas itu,
dia bakal lebih nyambung dengan temen-temen sekelas nya itu, mereka juga banyak
kemiripan menurut gue, hehehehehehe. Awalnya gue sangat asing dengan teman
sebangku gue, tapi gue berusaha untuk menyesuaikan diri. Gue pun mengajak dia
berkenalan. Nama nya IRFAN, dia sama seperti gue. Orang nya lumayan ganteng,
tapi jelas masih gantengan gue, dia juga orang nya lumayan pendiam. Yang jelas
dia beda sama tukang pacul dan tukang sundul sobat gue. Tapi biarpun mereka
aneh, mereka adalah sobat terbaik gue saat TK. Kembali lagi ke masa gue SD.
Sebelum memulai pelajaran yang pertama dimulai hari itu, guru yang masuk ke
kelas gue menyuruh kami memperkenalkan diri masing-masing di depan kelas.
Anak-anak yang lain terlihat sangat tegang dan takut . Tapi berbeda dengan gue,
gue sangat percaya diri dan gak ada rasa takut sedikitpun. Anak-anak yang lain
waktu maju ke depan sangat susah untuk
mereka memperkenalkan diri mereka. Dari yang susah untuk bicara sampai ada yang
nangis. Tibalah giliran gue. Gue dengan percaya diri yang tinggi maju ke depan.
“Assalamuallaiku, nama aku Danias, aku dari TK pembina, aku tinggal di jalan
veteran di seberang jalan sekolah ini, salam kenal semuanya J (dengan suara ala anak kecil yang manis.
Hehehe)” gue memperkenalkan diri gue. Guru gue dan anak-anak yang lainpun
memberi tepuk tangan ke gue. Gue duduk kembali ke bangku gue.
Setelah
semuanya selesai memperkenalkan diri, masuklah ke pelajaran pertama. Gue gak
tau pasti waktu itu pelajaran apa yang pertama. Yang gue paling ingat guru gue
ngajarin menggambar sebuah boneka dengan cara bernyanyi. Seperti ini lagunya “
lingkaran kecil,lingkaran kecil, lingkaran besar, hujan turun air mengalir, ada
topinya. Tiga ditambah tiga sama dengan enam, enam enam, tiga puluh enam, enam
enam ada buntutnya” kurang lebih seperti itu lagunya. Sayangnya gue gak bisa
memasukkan gambar bonekanya. Gue gak tau waktu itu guru gue mengajarkan itu ke
gue dan anak-anak yang lain. Yang jelas gue dan anak-anak yang lain sangat
senang waktu itu. Setelah belajar menggambar sambil bernyanyi, masuk lah ke
pelajaran bahasa indonesia. Pelajaran bahasa indonesia waktu itu adalah
pelajaran mengeja. Jujur gue sudah bisa membaca saat gue TK, gue rajin belajar
membaca dan menulis saat gue TK. Jadi saat gue SD dan ada pelajaran membaca,
gue sudah tidak kesulitan lagi. Saat gue disuruh guru gue untuk mencoba untuk
membaca gue udah gak kesulitan lagi. Setelah beberapa jam tibalah waktunya
istirahat. Perut gue waktu itu sudah sangat lapar, cacing-caing dalam perut gue
udah pada konser. Gue langsung bergegas ke kantin di dekat kelas gue. sampailah
gue d kantin, gue melihat ada makanan kesukaan gue, yaitu nasi kuning. Gue
langsung menyambar itu nasi kuning, lalu gue membayar ke ibu kantin dengan uang
lima ratus perak, murah banget kan. Waktu gue SD gue di kasi uang jajan seribu
rupiah dengan nyokap gue. Itu udah sangat cukup untuk bkin perut gue kenyang
dengan makanan kesukaan gue. Saat gue SD harga nasi kuning di sekolah gue hanya
lima ratus perak, di tambah es sirup tiga ratus perak. Jadi hanya dengan seribu
rupiah gue bisa memenuhi kebutuhan cacing d perut gue.
Setelah
gue mendapatkan makanan kesukaan gue untuk memberi makan cacing-cacing yang ada
di perut gue, gue buru-buru keluar dari kantin itu. Karena gue udah gak tahan
berada didalam kantin. Gue didorong-dorong, berimpit-impitan dengan anak-anak
yang lain, serasa gue waktu itu lagi ada di tengah-tengah konser musik rock.
Untung aja gue dapat menyelamatkan diri dan mulai menyantap makanan gue di
dekat kelas gue. Gue makan dengan lahapnya. Selesai gue makan gue langsung
kembali ke kelas gue. bel masuk juga usah berbunyi. Setelah istirahat adalah
pelajaran menulis. Guru gue mengajarkan gue dan anak-anak yang lain buat
menulis. Gue juga gak terlalu banyak kesulitan dalam menulis, karena sejak gue
TK gue udah rajin latihan menulis sendiri. Tibalah saatnya pulang ke rumah, bel
pulang sudah melakukan tugasnya. Gue pun berkemas barang-barang gue dan bersiap
untuk pulang. Saat gue keluar dari kelas ternyaka abang gue udah nungguin gue,
abang gue emang kebagian tugas buat jemputin gue sekolah. Dia adalah orang yang
paling setia jemputin gue pulang sekolah. Gue juga kebetualan satu SD dengan
abang gue, gue kelas satu, abang gue kelas enam. Gue pun pulang sama-sama abang
gue.
Gue
paling akrab sama abang gue yang nomor 3. Gue sering main-main bareng sama
abang gue yang nomor 3. Nama abang gue adalah seno. Gue paling sering main
nitendo bareng bang seno. Permainan yang paling gue dan bang seno suka adalah
“contra”. Contra adalah sejenis game perang-perangan dua dimensi. Dalam game
ini bisa dua pemain yang main. Gue dan bang seno sangat jago main game contra.
Mungkin gue yang lebih jago dibanding bang seno. Gue selalu nolongin bang seno
di dalam game. Gue selalu berjalan di belakang bang seno dan melindungin dia
dari belakang kalo ada musuh ( faktanya gue yang dilindungi bang seno karena
berada dibelakang,hehehe J). Gue jarang mati dalam maen game ini, sebaliknya
bang seno sering mati karena dia berada didepan gue terus. Terbuktikan kalo gue
lebih jago dari bang seno, karena gue jarang mati dibanding bang seno di dalam
game. Gue sangat senang saat-saat gue bisa bermain bareng sama bang seno. Bang
seno juga terkadang ngajakin gue main bola dihalaman rumah. Bang seno lebih
jago bermain bola dibanding gue. terkadang dia ngajarin gue teknik-yeknik yang
dia tau, biarpun pada akhirnya gue gak bisa buat ngikutin tekniknya. Tapi gak
masalah buat gue. Terkadang bang seno juga nyebelin. Ada pada suatu hari dia
meluncurkan gas beracunnya(baca: kentut) tepat ke muka gue. Gue merasakan
kebauan yang sangat dahsyat. Baunya sangat mematikan. Gue seperti mencium bau
mayat yang udah busuk dan habis di siksa oleh malaikat mungkar dan nakir. Gue
hampir gak sadarkan diri gara-gara gas beracun bang seno. Terhitung sampai 10
menit itu kentut menetap di hidung gue sampai gue susah buat bernafas. Sungguh
terlalu bang seno. Tapi terlepas dari hal yang menyebalkan dari bang seno gue
sangat senang punya abang kayak dia. Bang seno adalah abang yang baik buat gue.
Gue sangat sayang sama bang seno sebagai abang gue ( bukan berarti gue jeruk
makan jeruk loh). Gue juga suka ikut kemanapun bang seno pergi, bang seno juga
senang mengajak gue pergi. Gue pernah diajakin bang seno main PS1 di rental gak
jauh dari rumah gue. Waktu itu lagi ngetren-ngetrennya PS1. Gue diajakain bang
seno main game “Metal Slug”. Game ini gak jauh beda sama contra. Game ini juga
game sejenis perang-perangan, bedanya sama contra mungkin hanya dari segi gambar
dan stagenya yang banyak dan satu lagi lebih menantang. Gue dan bang seno
sangat sering pergi main PS1. Sampai-sampai bokap gue memutuskan buat beliin
gue dan bang seno PS1 karena gue dan bang seno jarang ada di rumah. Gue dang
bang seno pun jadi sering bermain PS1 setiap gue dan bang seno pulang sekolah.
Sekali lagi gue sangat senang punya abang kayak bang seno. Sampai pada suatu
hari bang seno mau mengerjakan tugas di rumah temennya, gue mau ikut sama bang
seno. Tapi bang seno gak mau ngajakin gue dan akhirnya gue nangis di tinggal
pergi sama bang seno.
Saat gue SD kelas satu, temen sebangku gue gak
terlalu asik orangnya. Dia pendiam, gue juga lumayan pendiam. Jadi gue sama dia
sernig diam-diaman saat pelajaran kayak orang pacaran lagi berantem ( yang
jelas cewe nya bukan gue). Tapi ada satu teman sekaligus sobat gue di SD. Dia
adalah teman baik gue sampai gue lulus SD. Nama temen gue adalah Aji. Gue dan
Aji sahabat bagaikan kepompong di masa-masa gue SD. Gue sahabatnya Aji
kepompongnya, hehehehe J. Aji berjenis kelamin laki-laki (tapi ada
beberapa orang yang meragukannya), Aji berbadan mirip pemeran utama film
“Incredible” versi anak SD, aji berkulit sawo matang, dan memiliki jambu pada
salah satu bagian wajahnya (baca:hidung). Untuk takaran anak SD aji bisa
dibilang anak yang bringasan (baca:nakal). Aji sering membuat keributan di
kelas gue. Dia sering gangguin anak-anak yang lain, khususnya anak perempuan.
Tapi kenakalannya itu masih dalam batas wajar anak SD, seperti mecahin kaca,
matahin meja, merusak pintu, mutilasi orang sampai dengan makan daging manusia
(buset, ini aji atau fusion Hulk dan rian jombang),hahahaha. Kenakalan aji
hanya sebatas gangguin anak perempuan, ngumpetin buku, mencoret-coret papan
tulis, teriak-teriak, narik-narik rambut anak perempuan. Tapi gue heran aji gak
pernah ganggguin gue. Dia selalu baik sama gue, awalnya gue khawatir kalau aji
suka sama gue (huek,najis), belakangan gue tau dia seperti itu karena dia
kasian sama gue, cucian-cucian. Tapi gue bersyukur karena jadi sobatnya aji,
gue jadi gak pernah digangguin sama anak-anak yang lain. Pernah ada suatu
kejadian yang seru dikelas gue. Aji pernah berantem sama anak perempuan di
kelas gue. Anak perempuan yang tidak beruntung ini bernama Rina. Rina adalah
anak perempuan yang gak terlalu baik prilakunya dikelas. Rina dibenci semua
anak dikelas gue, mungkin dikelas lain juga ada yang benci. Rina mempunyai
penyakit psikologi yang biasa disebut Klepto (baca:nyolong). Rina sering
mengambil barang-barang anak-anak sekelas, mungkin semua anak dikelas gue
pernah diambil barangnya oleh rina, termasuk gue. Salah satu barang gue pernah
diambil rina, yaitu peruncing kesayangan gue yang berbentuk Spongebob. Ada dua
kemungkinan kenapa rina mengambil peruncing gue, (1) Dia gak punya peruncing
dan suka sama pruncing gue, (2) Di rumahnya gak ada pisau (gak nyambung). Kalau
kemungkinan pertama benar, gue agak khawatir suatu saat kalo rina kekurangan CD
(baca:Celana Dalam) dan dia gak sengaja meliat CD gue lalu dia suka dengan CD
gue, dia bakal ngambil CD gue dengan paksa. Kembali lagi ke Aji, aji pernah
berantem sama Rina. Awal kejadiannya, aji iseng gangguin rina. Aji
menarik-narik rambut Rina yang duduk di depannya. Otomatis rina bakal kesel
dengan kelakuannya aji. Rina lalu berbalik ke arah aji, rina marah-marah sam
aji. Aji gak terima dimarah-marahin sama rina. Keduanya pun naik darah,
terjadilah pertandingan adu kekuatan yang sangat seru antara aji dan rina.
Pertama Rina merang aji dengan jurus andalan wanita yaitu jambak rambut. Tapi
aji bisa dengan mudah untuk melepaskannya. Aji balas menyerang dengan pukulan
kearah lengannya rina, rina kena telak. Rina gak terima, dia membalas dengan
jurus andalannya, yaitu cakaran maut. Aji terkena jurus rina ditangannya. Aji
terluka, aji pun semakin naik darah, dia sudah terlihat akan berubah menjadi
gabungannya Hulk dan Rian Jombang ( bayangin aja). Tapi sebelum aji bener-bener
berubah datanglah guru yang mengajar di kelas gue.Pertangdingan pun selesai
begitu saja dengan hasil seri. Gue kecewa karena gak bisa melihat aji berubah.
Aji dan rina pun digiring bu guru ke kantor untuk di introgasi dan di vonis.
Tidak lama kemudian aji dan rina pun kembali ke kelas. Aji dengan wajah yang
kesakitan dengan luka bekas cakaran maut rina dan rina dengan wajah yang
seperti habis menangis. Gue pun menghampiri aji, “kamu gak papa ji??? ” tanya
gue ke aji dengan logat anak SD. “gak papa kok, Cuma perih doank”. Aji masih
terlihat maih sangat marah dengan rina karena rina melukainya dengan cakaran
mautnya. Setelah kejadian itu, aji dan rina bermusuhan, dan anak-anak laki-laki
yang lain semakin membeci rina.
Persahabatan gue dan aji tidak hanya dalam hal
bermain saja. Gue dan aji juga kadang belajar bersama. Gue dan aji pun satu
kelas dari kelas satu sampai lulus SD. Dia bener-bener sobat gue. Aji termasuk
anak yang lumayan pintar, dia selalu masuk sepuluh besar ranking di kelas,
biarpun kesehariannya dia nakal. Gue sering berdiskusi menyelesaikan
tugas-tugas sekolah dengan dia. Ngomong-ngomong soal prestasi, gue bisa
dibilang anak yang berprestasi. Dari kelas satu sampai lulus SD, gue gak pernah
keluar dari ranking tiga besar dikelas. Rankiong terbaik gue di SD adalah gue
pernah dua kali ranking satu paralel disekolah gue. Nyokap sangat bangga sama
gue atas prestasi-pretasi gue. Pernah suatu ketika bagi raport nyokap gue
datang mengantar gue ke sekolah dan nungguin gue. Ternyata pada pembagian rapot
itu gue mendapatkan juara satu paralel di sekolah gue. Setelah gue mengambil
rapot gue, gue langsung menghampiri nyokap. Nyokap langsung memeluk gue, “mama
bangga sama kamu danias, kamu anak yang pintar, mama sayang sama kamu, belajar
yang rajin lagi ya danias”, nyokap sambil meneteskan air mata karena bangga
sama gue. “iya ma, nias bakal terus belajar rajin biar bisa bikin mam banga
terus” jawab gue. Gue pun juga menangis dipelukan nyokap gue, gue sangat senang
bisa membuat nyokap gue bangga. Nyokap lalu tersenyum dan mengusap air mata
gue, lalu nyokap gue mengajak gue pulang. Gue sangat senang hari itu bisa bikin
nyokap gue bangga dan senang. Gue sangat merindukan saat-saat gue bisa buat
nyokap bangga saat gue remaja. Gue kadang juga merindukan saat-saat masa kecil
gue yang semuanya terasa menyenangkan dan gak bisa gue rasakan lagi sejak gue
remaja. Kesenangan gue saat remaja sepertinya sangat jauh berbeda dari
saat-saat gue kecil. Kesenangan saat gue remaja dapat berubah menjadi kesedihan
disaat itu juga, berbeda dengan kesenangan saat gue kecil, saat gue senang
adalah saat dimana gue gak akan pernah mendapatkan kesedihan. Kesengan yang
sangat simple dan dapat membuat gue yang sekarang merindukan kesenangan gue
saat gue kecil. Pesan gue kepada pembaca cerita gue, janganlah sekali-sekali
kalian ingin melupakan masa-masa kecil kalian, biarpun itu pengalaman yang
memalukan, menyedihkan dan menjengkelkan buat kalian semua, karena suatu saat
ntah saat kalian remaja,dewasa atau saat kalian tua nanti pasti kalian akan
merindukan saat-saat masa kecil kalian, percayalah!!
TAMAT
0 komentar:
Posting Komentar