CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Pages

Rabu, 23 Januari 2013

Ada Apa dengan Joni ???



      Ada Apa Dengan Joni ??                            

Oleh Maya Serly
                                                 
                         Pagi sebentar lagi tiba, Sang surya pun beberapa saat lagi akan menampakkan dirinya. Namun, belum terdengar teriakan ayam jantan disubuh ini,yang terdengar hanya jeritan jangkrik disertai sahutan katak akibat hujan semalam.
                   “Kringggggg,,kringgggggg,kringgggg” ,jam weker yang tampak pudar warnanya, berulang kali memanggil seseorang yang berada disampingnya. Namun, masih belum ada respon dari orang tersebut. Tampak ia masih terlena dengan selimut tebal yang menutupi seluruh tubuhnya, hanya sebagian dari ujung kepalanya yang terlihat. Subuh ini memang terasa amat sejuk, wajar jika belum ada yang bangun di rumah ini. Jam weker tak henti-hentinya berbunyi, dan perlahan demi perlahan selimut itu mulai ada yang menggerakkan dan sedikit demi sedikit mulai terbuka.
Mungkin ia mulai bising dengan suara yang tiap shubuh selau di dengar nya itu. Perlahan demi perlahan ia membuka kedua matanya yang rasanya masih terkunci, dan terlihat olehnya jam yang berada di sampingnya itu,dan telah menunjukkan pukul 04.30 wib. Sontak ia bangun dan bergegas menuju kamar mandi dan berwudhu untuk sholat.
                   Sebagai seorang muslim, kewajiban inilah yang harus di laksanakan setiap shubuh. Setelah kewajiban itu ia laksanakan, tiba-tiba kedua matanya ingin tetutup lagi. Ternyata rasa kantuk yang amat berat masih ia rasakan. “Joni..........!!!”
, terdengar suara seseorang yang memanggilnya, namun tak diindahkan nya karena rasa kantuk itu. “Joni..... bangunnn jon... sudah siang !”. Spontan terbukalah matanya mendengar teriakan kedua dari orang tersebut. “Haaaa....sudah siang ma.....?!” (ucapnya pelan), dan langsung mengenakan pakaian seragam putih abu-abu miliknya. Teriakan kedua dari Mamanya ternyata ampuh mengobati rasa kantuk yang dialaminya tadi.
                   Joni adalah anak pertama dari pasangan Tionghoa dan Sunda. Papanya adalah keturunan Tionghoa sedangkan sang Mama keturunan Sunda. Ia merupakan anak pertama dari 6 bersaudara. Walaupun memiliki banyak adik, ia tidak pernah merasa iri kepada adik-adik nya,yang mungkin perhatian papa dan mamanya lebih kepada adik-adiknya. Ia justru senang memiliki adik-adik yang sangat mencintainya itu. Walaupun Joni sering jahil kepada adik-adiknya, namun jahil tersebut merupakan tanda kasih sayang Joni yang diperuntukkan kepada semua adiknya.
                   Adik pertamanya bernama Shinta, yang kini tengah menginjak bangku SLTP, sedangkan adik kedua dan ketiga masih berada di bangku Sekolah Dasar,mereka bernama Dita dan Ria . Adik keempat dan kelima kini masih berusia 4 dan 2 tahun, mereka bernama Rino dan Angel. Dari enam bersaudara, hanya Joni dan adiknya Roni lah yang berjenis kelamin laki-laki,sisanya perempuan.
                   Tiap pagi, mereka memiliki tugas yang diberikan oleh sang mama. Tugas Joni adalah membantu mamanya meyiapkan sarapan, Shinta berkemas rumah, Dita dan Ria mencuci piring. Semua pekerjaan mereka kerjakan dengan senang hati tanpa terbebani. Mereka telah diajarkan hidup disiplin dan mandiri oleh orangtua mereka. Jam dinding ruang tengah telah menunjukkan pukul 06.15 wib,saatnya keluarga besar ini sarapan. Tiap pagi mereka akan selalu menyantap hidangan yang dibuat oleh Joni. Joni hobi sekali memasak,dan ia pernah bercita-cita akan menjadi seorang chef yang terkenal. Papa, mama, dan adik-adiknya mendukung cita-citanya tersebut, karena keahlian Joni yang tidak perlu untuk diragukan lagi. Menu sarapan pagi ini adalah Nasi Goreng Tomat , semua merasakan kepuasan setelah menikmati hidangan tersebut, dan jelas itu membuat Joni bertambah senang
                   Sarapan selesai, saatnya kini berangkat ke sekolah. Joni berangkat dengan Shinta. Ia ditugaskan papanya untuk mengantarkan adiknya ke sekolah, sedangkan Dita dan Ria pergi bersama Papa.
                   “Joni, jangan lupa jemput Shinta pulang sekolah nanti” (pesan Mama), tiap pagi Mamanya selalu berpesan seperti itu, karena jika tidak diingatkan, Joni sering lupa untuk menjemput adiknya, yahhhh itulah Joni J. “Iya Ma, Joni sekarangg  bakalan enggak lupa, tidak Mama ingatkan pun Joni suddah ingat kok” (jawab Joni sedikit menyombongkan diri). “Hembbbb, Ko Joni mah ngomongnya selalu gitu, biasanya juga lupa” (sahut Shinta meledek). “Yeeeeeee, Ko Joni itu bukannya lupa, cuman khilaf” (jawab Joni membela dirinya). Spontan Mama, Papa, dan adik-adiknya tertawa memdengar sahutan Joni tadi, karena ada-ada saja tingkahnya yang membuat mereka geli mendengarnya,terlihat wajah Joni berubah memerah tanda malu. “Ya sudah, ayo berangkat,nanti terlambat” (sahut Papa yang terlihat masih menahan tawanya).
                   Mereka pun berangkat. Jarak antara sekolah dengan rumah cukup jauh. Walaupun meggunakan sepeda motor, tetapi karena harus mengantarkan Shinta terlebih dahulu, tidak menutup kemungkinan Joni biasanya terlambat.
                   Joni bersekolah di SMA Negeri 3. Ia senang sekali bisa masuk di sekolah favorit ini. Di sekolah, Joni termasuk siswa yang cerdas,kreatif, dan suka menolong. Ia juga termasuk siswa yang jujur. Karena kejujurannya, ia disenangi oleh teman-teman, dan para gurunya. Walaupun selalu ada saja tingkah konyol dari Joni yang biasanya membuat teman-temannya kesal. Tapi, kekonyolan itu lah yang menghibur teman-temannya di kelas.
                   Pagi ini,diawali dengan pelajaran Matematika, ini merupakan pelajaran favorit Joni. Ia selalu aktif dalam semua pelajaran, tidak hanya  dalam pelajaran favorit nya saja. Pertanyaan, atau sanggahan dari Joni selalu ia haturkan kepada guru-guru yag mengajar,walaupun seringkali pertanyaan dan sanggahan itu sulit untuk di pahami oleh teman-teman yang lain, tapi Joni tidak pernah malu, ia tidak pernah berhenti untuk melakukan hal tersebut. Karena, bagi Joni,  tidak ada yang perlu dimalukan selama perbuatan itu baik. Dalam keseharian proses belajar mengajar, Joni anak yang cerdas, tapi yang diherankan, nilai Joni sering tidak bagus jika ulangan harian,itu lah yang membuat para guru bingung dengan Joni. Mungkin karena tindakan dari Joni yang ceroboh, sehingga ia sering gagal dalam  tes harian. Yahhh,,itu lah Joni,selain pelupa, penyakit nya ternyata bertambah satu yaitu “ceroboh”.
                   Pelajaran Matematika telah usai, pelajaran selanjutnya adalah Kesenian. Pelajaran ini juga disenangi Joni, karena ia senang dengan musik. Alat musik yang biasa ia mainkan adalah keybord. Sang Mama pernah akan membelikan nya sebuah keybord, tapi kerena tragedi yang menimpa dirinya, niat mamanya pun diurungkan. Sifat pelupa Joni memang selalu berimbas kepada dirinya. Dulu Mama nya telah membelikan nya sebuah gitar, namun karena salah satu sifatnya tadi,gitar ny pun kini tidak tahu dimana rimbanya,,,sehingga,harapannya untuk mendapat sebuah keybord dari Mama pun harus di kuburnya dalam-dalam.
                   Dipelajaran Kesenian ini, mereka harus memasuki lab musik. Rian sang ketua kelas pun dengan penuh semangat memberikan aba-aba, “Siapppp.....salammmm...!?”, “Selamat pagi Pakk...” (sahut mereka serentak), “Selamat pagi” (jawab guru musik itu). Guru musik mereka bernama Pak Roy. “Oke,,pada hari ini tugas kalian adalah membuat lagu bebas pop,minggu depan kalau bisa kalian sudah mempresentasikannya, dan setelah itu kita lanjutkan dengan lagu anak-anak” (perintah Pak Roy). “Haaaaaaaaaaaa????!” (terdengar beberapa siswa yang tampak kebingungan dan cemas). “Pak, lagu pop nya itu bertema apa?” (tanya Rian), “Iya, akan Bapak jelaskan tentang tema dalam pembuatan lagu pop ini, temanya adalah, yang pertama tentang alam atau lingkungan,maksudnya kalian harus membuat lirik lagu yang maknanya mengenai alam atau lingkungan, entah itu kekaguman kalian terhadap alam, ataupaun kekhawatiran kalian terhadap alam itu, yang kedua adalah mengenai kasih sayang” (jelas Pak Roy dengan senyumnya). “Eaakkkkkkkk,,,”(sahut beberapa siswa cowok). “Sebentar, kasih sayang itu bukan hanya kepada seorang kekasih, pasti fikiran kalian tentang sebuah percintaan antara si pria dan wanita,, itu hanya sebagian kecil,yang Bapak maksudkan disini adalah mengenai kasih sayang mencangkup makna yang luas. Kalian boleh mengekspresikan kasih sayang itu kepada Tuhan,kepada orang-orang yang kalian sayang, atau kalian segani,atau kalian kagumi, contohhh kalian buat lagu tentang saya, kalian buat kalau saya ini baikkkkk sekali” (ucap Pak Roy dengan senyumnya), spontan itu membuat mereka semua tertawa,, “Pak, pak” (sahut Andri yang masih tampak senyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya). “Itu kan contoh, setelah itu baru tentang percintaan” (tambah Pak Roy). “Kalau galau Pak?” (tanya Meisya),,sebelum Pak Roy menjawab,terlebih dahulu teman-teman yang lain meledeknya,,,”Silahkan,,,kamu mau nangis-nangis dalam lirik lagu mu pun tidak masalah,,” (jawab  Pak Roy), ”Lebay amat Pak,,sampai nangis-nangis” (sahut Meisya), “siapa tau kan” (jawab  Pak Roy),”Sekarang  Bapak persilahkan kalian untuk mempersiapakan tema beserta lirik nya,”(perintah Pak Roy). Mereka pun sibuk mempersiapkan tema yang akan mereka pilih, walaupun terlihat rasa bingung diwajah mereka,termasuk lah Joni, yang sedari tadi diam mendengar penjelasan dari Pak Roy.
                   “Jon, lu buat tema apaan?” (tanya Ahiong yang duduk disamping Joni), “Entahlah Hiong, gua masih bingung” (jawab Joni yang memang tampak kebingungan), “Apalagi gua Jon,,,bagaimana ini Jonnnn.....” (tanya Ahiong sambil tertawa). Joni dan Ahiong termasuk teman karib, mungkin karena mereka sama-sama keturunan Tionghoa, yaa walaupun Joni hanya sebagian saja. Sering kali mereka berdialog menggunakan bahasa Tionghoa di kelas, dan itu membuat teman-teman heran mendengar nya. Joni dan Ahiong juga sama-sama mengikuti les bahasa asing di luar, bahsa asing itu adalah bahasa Jepang. Entah apa alasan mereka mengikuti les bahasa asing, mungkin mereka sama-sama memiliki sifat yang sama, yaitu keingintahuan terhadap sesuatu yan baru, atau pun yang lain.
                   “Jonnnnn,,,,nyanyi yuk,,,!” (teriak seseorang), dan itu membuat lamunan Joni  pudar, ia mencari sumber suara itu, dan itu adalah Meisya. “Kamu manggil aku Mei?” (tanya Joni), “Ya iyalah Jon, emang nama Joni di kelas kita ada berapa sih, masak aku manggil Ahiong, nama Ahiong jadi Jonhiong dong,,,” (jawab Meisya kesal), “hahahahahaahhahah iya ya” (jawab Joni sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal), “Kok nyanyi, emang tugas dari Pak Roy tadi sudah kamu selesaikan?”( tanya Ahiong), “belum Hiong, aku bingung,,,nanti di rumah sajalah, semoga inspirasi itu muncul,”(jawab Meisya yang ternyata juga kebingungan).  Mereka pun menuju sebuah keybord yang tergeletak di depan papan tulis. “lagu apa Mei?” (tanya Joni), “terserahlah Jon)” (jawab  Meisya). Joni pun mulai memainkan sebuah lagu, tamapk jari-jemarinyya hafal sekali dalam memainkan lagu ini. “Stop,stop “(perintah Meisya), “ada apa Mei?” (tanya Joni keheranan), “maaf Jon, ini lagu apa?hehehe” (tanya Meisya), “hembb,,, Mei,,Mei,inikan lagu Bunda” (jawwab Joni), “owhhh,,,kalau begitu lanjutkan Jon” (pinta Meisya). Mereka pun menyanyikan kagu tersebut, ternyata tidak hanya mereka , terdengar ada beberapa suara juga turut dalam menyanyikan lagu itu.
                   Satu lagu pun selesai dinyanyikan. “Ya ampun Jon, tangan kamu basah?!!!” (ucap Meisya), “hahahahahhaha, udah biasa ini Mei” (jawab Joni tenang), “keringat di tangan yang banyak begini kamu bilang sudah biasa? Emang sejak kapan Jon?” (tanya Meisya yang tampak heran), “dari dulu, waktu aku ujian akhir SLTP, aku memnggunakan sarung tangan Mei,itu pun masih basah” (jelas Joni), “haaaaa???! Yang benar aja Jon?” (tanya Meisya heran), “iya Mei, masak aku bohong” (tambah Joni pula), “faktor nya apa Jon, kok bisa hebat kayak gitu? (tanya Meisya sedikit agak tertawa), “aku pun heran Mei, mungkin karena nervous kali ya, tapi enggak juga deh kayak nya, waktu dulu masih SLTP, keringat di tangan begini, keluar banyak kalau aku duduk dekat cewek, aku paling  takut dulu ama cewek Mei, ” (jelas Joni), “haaaa, makin aneh aja kamu Jon, berarti sekarang kamu grogi sama aku, emang aku menakutkan  Jon?” (tanya Meisya kaget), “Ya enggak lah Mei, penyakit takut terhadap cewek itu hilang semenjak aku naik kelas 8” (jawab Joni senyum), “wishhh, hebat kamu Jon, kirain masih takut ama cewek, jadi faktor nya sekarang apa dong, kok bisa keluar banyak begitu?”(tanya Meisya masih penasaran), “kurang tahu lah,,aku pun malas untuk memikirkannya” (jawab Joni).
                    “Teeeeeettttt,,teeeettt ” (terdengar suara bel, tanda istirahat).Terlihat siswa-siswa memenuhi kantin sekolah, namun tidak terlihat Joni di antara mereka. Ternyata Joni masih di dalam kelas. “Jon, kantin yuk..” (ajak Ahiong), “sory Hiong, gua bawa bekal, tadi gua beli di dekat rumah, lu mau cobain?”(jawab Joni sambil menawarkan), “ohh,,, boleh,tapi ikhlas gak ni?” (tanya Ahiong gurau), “ikhlas, tapi jangan di habisin...”(jawab Joni tenang), “hahahahahaha” (Ahiong tertawa dengan sedikit makanan yang ada di dalam mulutnya), “gimana? enak gak?” (tanya Joni), “enak Jon,ini berapaan harga nya?” (tanya Ahiong semangat), “mantappp, ini harganya 3 ribu Hiong, untuk porsi gua cukup lah, gak tau deh kalau porsi lu” (jawab Joni meledek), “ckckc,kalau untuk gua sih gak cukup, besok gua pesan 5 ribu ya, ini uang nya” (pinta Ahiong), “beres Hiong” (jawab Joni sambil mengacungkan jempol nya). “Teeeeetttt,,,teeeeetttt” terdengar bel tanda masuk,pelajaran berikutnya adalah pelajaran yang cukup santai.
                   Tidak terasa, semua pelajaran telah usai hari ini,saat nya pulang. “Jon, jangan lupa sama pesanan gua.........” (teriak  Ahiong dari kejauhan mengingatkan), Joni pun mengacungkan jempolnya sambil tersenyum tanda semua pasti beres. Dilanjutkannya langkahnya menuju parkiran tempat dimana sepeda motor para siswa,termasuklah dia. Sambil menunggu motor di depannya  menyingkir, Joni pun teringat akan tugas dari Pak Roy tadi pagi. Ia tampak bingung, tema apa yang akan diambilnya. Terasa semua seperti sulit baginya. “Tittttt,,,titttt” terdengar suara klakson motor yang spontan membuyarkan lamunannya. Ternyata motor di belakang nya ingin keluar, di lihatnya motor di depannya sudah kosong, bergegas ia keluar dari parkiran itu, dan saatnya kini menjemput Shinta.
                   Akhirnya, sampai juga Joni di sekolah adiknya. Terlihat Shinta tengah berdiri di depan pintu gerbang menunggu kedatangan Joni. “Maaf Shin, Koko lama ya jemputnya?” (maaf Joni), “hembb, emang Koko kemana dulu tadi?” (tanya Shinta), “tadi nunggu motor di depan motor Koko keluarnya cukup lama, Koko gak bisa keluar, yuk pulang, laper nih,,,hehehe” (ajak Joni), Shinta hanya mengangguk, terlihat wajah nya masih kesal, akibat lama menunggu. Mereka pun pulang menuju rumah.
                   Di perjalanan, “Shin, Koko boleh nanya sesuatu gak, sama kamu?” (tanya Joni), “nanya apaan Ko, jangan yang aneh-aneh kalau nanya, masak setiap kali di perjalanan pulang Shinta dikibulin terus ama pertanyaan Koko yang aneh itu” (jawab Shinta kesal), “enggak, kali ini Koko serius, janji deh” (ucap Joni meyakinkan adiknya), “iya deh, emang Koko mau nanya apa?” (tanya Shita pula, “Koko ada tugas dari Pak Roy, disuruh membuat lagu pop bebas, tapi Koko bingung, tema apa yang harus Koko pilih” (jawab Joni), “emhhh, ditentukan apa tidak temanya Ko?” (Shinta balik bertanya), “ditentukan sih, yang pertama tentang alam atau lingkungan, yang kedua tentang kasih sayang, kira-kira apa ya?” L (tanya Joni semakin sedih), “haaaaa, tentang kasih ssayang aja Ko, menurut aku sih, soal nya aku enggak ngerti kalau tentang lingkungan,hehehe J  (jawab Shinta), “emmhh,,nanti lah Koko pikir-pikir dulu,,,” (ucap Joni), “ohh iya Mama hari ini masak apaan ya,,,,???” (sahutnya pula mengalihkan pembicaraan), “emhhhh,,,Koko Koko, kok jadi makanan sih yang dipikirin,”(sahut Shinta heran), “namanya juga orang lapar, emang kamu enggak lapar?” (tanya Joni pula), “ya laparlah, tapi Shinta enggak lebay kayak Koko” (ucap Shinta sambil menjulurkan lidahnya).
                   Akhirnya, mereka pun sampai,,,
“Assalamu’alaikum....” (salam keduanya), “wa’alaikumsalam ...”(jawab Mama), “kok lama pulangnya, pasti Koko lupa ya jemput Shinta,” (tanya Mama), “Maaf Ma, tadi Joni nunggu motor yang di depan motor Joni keluar cukup lama, Joni melamun, ternyata motornya uddah keluar, hehehe” (jawab Joni menjelaskan), “udah sholat belum?” (tanya Mama pula), “belum,,sekarang Joni mau Sholat dulu, ehh, tapi Mama masak apa hari ini?” (tanya nya pula), “Mama masak tumis kangkung, ada ikan sama tahu goreng juga, di tambah sambal goreng kesukaan kamu,” (jawab Mama), “asyikkk,,, sholat dulu deh” (ucapnya dengan semangat), “enggak konsen nanti Koko sholat nya tuh, pasti pikirannya ke makanan ” (ledek Shinta), “kamu aja kali, Koko enggak” (jawabnya). Joni pun bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan segera berwudhu.
                   Selesai sholat, Joni pun langsung menuju meja makan. Dibukanya penutup makanan dan betapa nafsunya ia melihat masakan yang telah dibuat Mamanya itu. Tanpa berfikir panjang, ia langsung menyantap makanan tersebut. Joni senang sekali dengan masakan Mamanya, apapun yang dimasak oleh  sang Mama pasti di jadikannya makanan favorit. “Shinta.....udah makan belum,,nanti Koko habisin nih” (teriaknya dengan makanan yang masih memenuhi mulutnya), “Jonii,,, habisin dulu makanan dalam mulut, baru ngomong, teriak-teriak lagi,!” (ucap Mama), “maaf Ma, Joni lapar banget soalnya”, (jawabnya pula). “Kokoooooo,,, jangan dihabisin, Shinta belum makan, sisa kan dua tahu goreng buat Shinta” (teriak Shinta yang khawatir makanan akan habis oleh Joni), “iya,,,makanya cepat, sebelum Koko berubah fikiran nih,,,” (jawab Joni jahil). “Tidakkkkkkkkk,,,, “( ucap Shinta sambil berlari menemui Joni di meja makan), “haaa kan lebay,,,sekarang siapa yang lebay, Koko atau Shinta” (ucap Joni yang semakin jahil), “bukannya lebay, ini masalah hukum perut Ko,” (jawab Shinta membela diri), ia pun langsung menyantap makanan bersama Joni.
                   Selesai makan,saatnya kini beristirahat. Dibaringkannya tubuhnya di atas tempat tidur miliknya. Namun, tiba-tiba Joni teringat kembali akan tugas yang di perintahkan oleh Pak Roy. Ia semakin bingung, tema apa yang akan dijadikannya sebuah lagu. Otaknya terasa sudah buntu untuk memikirkan tugas itu. Diambilnya secarik kertas dan sebuah pena, untuk mencoba membuat sebuah lirik lagu, namun terasa kalimat-kalimat yang dirangkainya itu tidak memiliki makna sama sekali. Joni semakin kesal, kertas yang tampak sebagian telah dipenuhi kalimat-kalimat itu pun diremas-remasnya. Joni pun membuang kertas itu, dan melemparkan penanya di atas tempat tidur. Ia pun  segera menutup matanya, karena terasa sudah lelah.
                   Dua jam kemudian,,,
                   “Jonn, bangun udah sore, kamu belum sholat kan” (teriak Mama membangunkannya), “iya Ma,,,, ” (sahutnya pula), dan bergegas ke kamar mandi untuk berwudhu, setelah itu sholat. Sambil menunggu maghrib, ia kembali membuat lirik lagu tersebut, tapi hasilnya tetap nihil. “kamu kenapa Jon? Ada masalah di sekolah?” (tanya Papanya), “enggak Pa,,, ” (jawabnya yang mencoba menyembunyikan dari Papa nya), “owhh, kira Papa ada masalah, kapan kalian ulangan akhir semester?” (tanya Papa), “emhhh, kurang tahu Joni Pa, masih belum ada kabar dari sekolah” (jawabnya), “pesan Papa, kamu harus tetap belajar untuk mempersiapkan semuanya, kegiatan yang kurang penting, sekarang mulai dikurangi” (pesan Papa), “baik Pa,, ” (jawab Joni). Terdengar suara adzan maghrib, mereka pun bersiap-siap untuk menunaikan ibadah sholat maghrib.
                   Selesai sholat, Joni memohon di beri kemudahan dalam menjalani tugas yang di berikan Pak Roy, ia memohon agar Tuhan memberinya jalan keluar atas masalah yang tengah menimpanya ini. “ Ko Joni,,,bisa ajarkan Dita matematika gak? Ada PR nih...” (tanya Dita), “iya Ko, Ria juga ada PR ipa, ajarin ya??” (pinta  Ria pula), “iya, tunggu Koko di ruang tengah” (jawab Joni).Bergegas adik-adiknya menuju ke ruang tengan dengan wajah yang gembira, karena akan mendapat bantuan dalam menyelesaikan PR mereka. Tidak berapa lama Joni pun menghampiri adik-adiknya yang tampak menunggu kedatangannya. Joni pun mengajarkan adik-adiknya dengaan penuh kesabaran, “Kamu enggak belajar Jon?” (tanya Mama), “iya Ma, sebentar, habis ngajarin Dita dan Ria Joni belajar” (jawabnya). Tidak terasa dua jam telah berlalu. Joni pun telah selesai mengajarkan adik-adiknya. Terlihat olehnya jam di ruang tengah yang telah menunjukkan pukul 20.05 wib. Joni pun menuju ke kamar mandi untuk berwudhu dan menunaikan sholat isya’.
                   Selesai sholat, entah mengapa kedua matanya tiba-tiba mengantuk sekali, dan ia pun merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Niatnya yang akan belajar seusai mengajarkan adik-adiknya tadi, tampaknya akan batal. Dan benar saja, dalam hitungan menit, mata Joni telah tertutup , ia pun tidur pulas.
“Koko mu mana Shin?” (tanya Mama), “tadi Koko ke kamar mau sholat “ (jawab Shinta), “kok lama amat sholatnya, coba kamu lihat ke kamar nya” (perintah Mama), “iya Ma” (jawab Shinta). Shinta pun bergegas menuju kamar Joni, untuk mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh Kokonya itu. Dibukanya pintu kamar Joni, dan terlihat olehnya Joni yang tengah tidur pulas. “Hembbbb,,Koko Koko” (kesal Shinta sambil menggeleng-gelengkan kepalanya).  Ia pun kembali menuju ke ruang tengah, untuk memberitahu kepada Mamanya apa yang ia lihat barusan. “Koko kamu mana Shin?” (tanya Mama), “ada di kamar,” (jawab Shinta), “kok masih di kamar?, katanya dia mau belajar?” (kesal Mama), “gimana mau belajar Ma, Koko udah tidur,,,,” ( jawab Shinta), “ haaaaaaa, udah tidur, enggak biasanya dia begini, masih awal kan? Biasanya juga tidur tengah malam” (ucap Mama kesal), “mungkin Koko capek Ma, habis di sekolah tadi” (sahut Shinta), “emang ada kegiatan apa Kokomu di Sekolah nya?” (tanya Mama), “hehehe, enggak tahu Ma,, kan tadi Shinta bilangnya kemungkinan,, ” (jawab Shinta). “Kira Mama, kamu emang tahu, ya udah lanjutkan belajarnya” (jawab Mama).
                   Joni masih tertidur dengan pulas. Tampak ia memang sangat mengantuk sekali.
                   Tidak terasa pagi kembali akan tiba. Di shubuh ini, Joni bangun lebih awal dari biasanya, jadi tidak di dengarnya jam weker di sampingnya yang setiap hari selalu membuat telinganya bising. Semua pekerjaan dan kewajibannya telah ia laksanakan, sarapan pun telah tersedia. Tidak berapa lama, Mamanya pun bangun. “Eh Jon,,tumben udah bangun?” (tanya Mama), “ udah kenyang Ma, tidurnya,” (jawabnya tenang), “tumben semalam kamu cepat tidur? Kecapek an, atau sedang ada masalah?” (tanya Mama). “Joni kecapek an Ma,” (jawabnya yang kembali mencoba menutupi permasalahan yang dialaminya), “yakin,,enggak ada masalah? Kalau ada masalah, jangan ditutup-tutupi Jon, orangtua berhak tahu” (pinta Mamanya), “enggak ada kok Ma, enggak percaya amat ama Joni, “ (jawabnya), “emhh,, kalau begitu ya sudah, kamu kok udah siap-siap,emang masuk sekolah jam berapa?” (tanya Mamanya kesal), “Joni hari ini agak masuk awal Ma” (jawabnya menjelaskan), “tapi ini masih jam 5 lewat Jon” (ucap Mama nya pula), “iya Ma, Joni hari ini enggak bisa mengantarkan Shinta, Joni masuk awal” (tambahnya), “iya masuk awal, tapi ini masih awal Joni... ” (ucap Mamanya), “ sebentar lagi lah Joni pergi, maksudnya Joni pergi awal selain masuk awal, Ahiong nitip sesuatu sama Joni, nih uang darinya” (jawab Joni), (heran Mama).
                   Pukul 05.30, Joni pun berangkat ke sekolah
Tidak lupa akan pesanan Ahiong kemarin, ia pun membeli juga buat dirinya. Setelah itu melanjutkan perjalanannya lagi ke sekolah. Hari ini Joni memang masuk lebih awal, karena ada kegiatan kerja bakti. Sesampai di sekolah...
“Jon,, pesanan gua?” (tanya Ahiong dengan senyum lebar), “tenang Hiong, nih pesanan lu” (jawab Joni sambil memberikan bungkusan itu kepada Ahiong. Dengan semangat Ahiong mengambilnya dari tangan Joni, tampak nya ia memang telah jatuh cinta dengan masakan tersebut. “Ini baru makan enak Jon.. “ (ucap Ahiong), “ hembbb,, Ahiong Ahiong,, soal makanan mah lu semangat terus” (ledek Joni), “yeeeeee,, seperti lu enggak Jon ! ”(jawab Ahiong),, “hehehe,,,kita sama Hiong,,” (jawab Joni senyum malu). Bel tanda masuk pun berbunyi, saat nya mereka kerja bakti. Entah mengapa akhir-akhir ini Joni tampak murung.
                   Tiap hari, baik itu di sekolah maupun di rumah, Joni terlihat murung, ia masih sedih akan tugas yang di berikan oleh Pak Roy. Sampai saat ini ia masih belum bisa untuk menyelesaikannya. Sedangkan hari untuk mempresentasikan tugas tersebut tinggal sebenar lagi, hati dan fikirannya semakin bimbang. Orang rumah semua heran akan perubahan sikap Joni yang seperti ini. Tidak hanya orang dalam rumahnya, teman-temannya pun merasakan perubahan sikap tersebut. Semuanya bertanya-tanya, ada apa dengan Joni?. Namun, Joni tidak pernah untuk menceritakan akan masalah yang sebenarnya itu mudah untuk di selesaikan.
                   Hari ini Joni berusaha untuk keluar dari masalah itu,karena lusa akan segera di presentasikan. Joni mulai mengambil secarik kertas dan sebuah pena. Di tutupnya kedua matanya, berharap hari ini akan sukses. Gitar yang telah ia pinjam dari Andri kini tengah di pegangnya, dan ia pun mencoba memainkan beberapa nada. Dengan ringan, ia rangkai kalimat demi kalimat, Joni seperti tidak merasakan beban apapun, sesekali kedua matanya kembali terpejam unuk menghayati kalimat yang akan ditulisnya. Hanya dalam hitungan menit, lirik lagu itu pun berhasil Joni buat. Betapa bangganya ia, terasa beban yang akhir-akhir ini menimpanya sekejap menghilang. Dipandanginya kertas yang telah terpenuhi rangkaian kalimat itu, betapa senang nya ia,karena kalimat-kalimat yang dirangkainya cukup bermakna. Sekarang, waktunya ia memberi judul untuk lirik tersebut. Joni pun mulai memikirkan nya, dann berhasil didapatkannya lagi. Judul lagu nya adalah “Semua Karnamu”. Kini Joni tinggal  membuat nada untuk lagunya tersebut. Terlihat ia kesulitan mencari nada-nadanya, namun  Joni yakin, ia pasti akan mendapatkannnya.
                   Satu jam kemudian...
                   Joni masih belum mendapatkan nada yang cocok, ia tidak henti-hentinya untuk mencoba.
 “Ko Joni buat apaan?”  (tanya Shinta), “Shin,,Ko Joni berhasil membuat lagu untuk tugas dari Pak Roy” (jawabnya dengan penuh kegirangan), “jadi, selama ini Ko Joni galau karena ini?” (tanya Shinta pula), “hehehe, iya... ” (jawab Joni sambil menggaruk-garuk kapalanya yang tidak gatal), “bilangnya ke Mama sama Papa enggak ada masalah, bohong kann??” (ledek Shinta), “Ko Joni malu lah Shin, masak Cuma gara-gara ini haru di ceritakan sama Papa dengan Mama” (jawab Joni), “tapi,,akibatnya? Ko Joni jadi tiba-tiba berubah,membuat seisi rumah ini gempar,,,hahahahahahah” (ucap Shinta), “yahhhh,,dia mulai melebay, dari pada kamu melebay yang enggak jelas, lebih baik banutuin Ko Joni cari nada untuk lagu ini, menurut kamu, ini nadanya harus bagaimana?” (tanya Joni), “owhhh, kalau ini mah nadanya, pantasnya melow Ko,,” (jawab Shinta), “Ko Joni coba ya,,,” (Joni pun mulai mencoba memainkan gitar itu lagi). Dan benar saja, ia pun mulai mendapatkan potongan demipotongan nada yang cocok dengan kalimat dalam lirik lagunya. Joni mulai mencoba nya lagi, dan berhasil mendapatkan sambungan-sambungan yang lain. Saatnya kini ia mencoba untuk menyatukan nada-nada tersebut disertai dengan liriklagu nya. Berhasill,, Joni mendapatkan seuah lagu yang utuh hasil karyanya dan bantuan dari Shinta adiknya. “Tu kannn bisa, makanya Ko, masalah itu jangan di simpan sendiri, harus berbagi juga dengan orang lain ntuk menyelesaikannya” (ucap Shinta), “iya,,, terimakasih ya Shin, atas bantuan mu,sekarang Ko Joni janji, akan coba cerita kalau sedang ada masalah” (jawabnya).
                   Joni senang bisa menyelesaikan tugas nya dengan baik, dan berharap tugas ini akan dapat dipersembahkan nya kepada Pak Roy beserta teman-temannya dengan baik pula. Sehingga pertanyaan tentang “Ada Apa Dengan Joni” pun berakhir...itulah harapan Joni.....

TAMAT

1 komentar:

ALFILAHA & JADAM mengatakan...

mantap mayy... aku jadi teringat masa-masa SMA :D

by jordi

Posting Komentar