Ada Apa Dengan Joni ??
Oleh
Maya Serly
Pagi sebentar lagi tiba, Sang surya pun beberapa saat
lagi akan menampakkan dirinya. Namun, belum terdengar teriakan ayam jantan
disubuh ini,yang terdengar hanya jeritan jangkrik disertai sahutan katak akibat
hujan semalam.
“Kringggggg,,kringgggggg,kringgggg” ,jam
weker yang tampak pudar warnanya, berulang kali memanggil seseorang yang berada
disampingnya. Namun, masih belum ada respon dari orang tersebut. Tampak ia
masih terlena dengan selimut tebal yang menutupi seluruh tubuhnya, hanya
sebagian dari ujung kepalanya yang terlihat. Subuh ini memang terasa amat
sejuk, wajar jika belum ada yang bangun di rumah ini. Jam weker tak
henti-hentinya berbunyi, dan perlahan demi perlahan selimut itu mulai ada yang
menggerakkan dan sedikit demi sedikit mulai terbuka.
Mungkin ia mulai bising dengan suara yang tiap shubuh selau di dengar nya itu. Perlahan demi perlahan ia membuka kedua matanya yang rasanya masih terkunci, dan terlihat olehnya jam yang berada di sampingnya itu,dan telah menunjukkan pukul 04.30 wib. Sontak ia bangun dan bergegas menuju kamar mandi dan berwudhu untuk sholat.
Mungkin ia mulai bising dengan suara yang tiap shubuh selau di dengar nya itu. Perlahan demi perlahan ia membuka kedua matanya yang rasanya masih terkunci, dan terlihat olehnya jam yang berada di sampingnya itu,dan telah menunjukkan pukul 04.30 wib. Sontak ia bangun dan bergegas menuju kamar mandi dan berwudhu untuk sholat.
Sebagai
seorang muslim, kewajiban inilah yang harus di laksanakan setiap shubuh.
Setelah kewajiban itu ia laksanakan, tiba-tiba kedua matanya ingin tetutup
lagi. Ternyata rasa kantuk yang amat berat masih ia rasakan. “Joni..........!!!”
, terdengar suara seseorang yang memanggilnya, namun tak diindahkan nya karena rasa kantuk itu. “Joni..... bangunnn jon... sudah siang !”. Spontan terbukalah matanya mendengar teriakan kedua dari orang tersebut. “Haaaa....sudah siang ma.....?!” (ucapnya pelan), dan langsung mengenakan pakaian seragam putih abu-abu miliknya. Teriakan kedua dari Mamanya ternyata ampuh mengobati rasa kantuk yang dialaminya tadi.
, terdengar suara seseorang yang memanggilnya, namun tak diindahkan nya karena rasa kantuk itu. “Joni..... bangunnn jon... sudah siang !”. Spontan terbukalah matanya mendengar teriakan kedua dari orang tersebut. “Haaaa....sudah siang ma.....?!” (ucapnya pelan), dan langsung mengenakan pakaian seragam putih abu-abu miliknya. Teriakan kedua dari Mamanya ternyata ampuh mengobati rasa kantuk yang dialaminya tadi.
Joni
adalah anak pertama dari pasangan Tionghoa dan Sunda. Papanya adalah keturunan
Tionghoa sedangkan sang Mama keturunan Sunda. Ia merupakan anak pertama dari 6
bersaudara. Walaupun memiliki banyak adik, ia tidak pernah merasa iri kepada
adik-adik nya,yang mungkin perhatian papa dan mamanya lebih kepada
adik-adiknya. Ia justru senang memiliki adik-adik yang sangat mencintainya itu.
Walaupun Joni sering jahil kepada adik-adiknya, namun jahil tersebut merupakan
tanda kasih sayang Joni yang diperuntukkan kepada semua adiknya.
Adik
pertamanya bernama Shinta, yang kini tengah menginjak bangku SLTP, sedangkan
adik kedua dan ketiga masih berada di bangku Sekolah Dasar,mereka bernama Dita
dan Ria . Adik keempat dan kelima kini masih berusia 4 dan 2 tahun, mereka
bernama Rino dan Angel. Dari enam bersaudara, hanya Joni dan adiknya Roni lah
yang berjenis kelamin laki-laki,sisanya perempuan.
Tiap
pagi, mereka memiliki tugas yang diberikan oleh sang mama. Tugas Joni adalah
membantu mamanya meyiapkan sarapan, Shinta berkemas rumah, Dita dan Ria mencuci
piring. Semua pekerjaan mereka kerjakan dengan senang hati tanpa terbebani.
Mereka telah diajarkan hidup disiplin dan mandiri oleh orangtua mereka. Jam
dinding ruang tengah telah menunjukkan pukul 06.15 wib,saatnya keluarga besar
ini sarapan. Tiap pagi mereka akan selalu menyantap hidangan yang dibuat oleh
Joni. Joni hobi sekali memasak,dan ia pernah bercita-cita akan menjadi seorang
chef yang terkenal. Papa, mama, dan adik-adiknya mendukung cita-citanya
tersebut, karena keahlian Joni yang tidak perlu untuk diragukan lagi. Menu
sarapan pagi ini adalah Nasi Goreng Tomat
, semua merasakan kepuasan setelah menikmati hidangan tersebut, dan jelas itu
membuat Joni bertambah senang
Sarapan
selesai, saatnya kini berangkat ke sekolah. Joni berangkat dengan Shinta. Ia
ditugaskan papanya untuk mengantarkan adiknya ke sekolah, sedangkan Dita dan
Ria pergi bersama Papa.
“Joni, jangan lupa jemput Shinta pulang
sekolah nanti” (pesan Mama), tiap pagi Mamanya selalu berpesan seperti itu,
karena jika tidak diingatkan, Joni sering lupa untuk menjemput adiknya, yahhhh
itulah Joni J. “Iya Ma, Joni
sekarangg bakalan enggak lupa, tidak
Mama ingatkan pun Joni suddah ingat
kok” (jawab Joni sedikit menyombongkan diri). “Hembbbb, Ko Joni mah ngomongnya
selalu gitu, biasanya juga lupa” (sahut Shinta meledek). “Yeeeeeee, Ko Joni itu bukannya lupa, cuman khilaf” (jawab Joni
membela dirinya). Spontan Mama, Papa, dan adik-adiknya tertawa memdengar
sahutan Joni tadi, karena ada-ada saja tingkahnya yang membuat mereka geli
mendengarnya,terlihat wajah Joni berubah memerah tanda malu. “Ya sudah, ayo
berangkat,nanti terlambat” (sahut Papa yang terlihat masih menahan tawanya).
Mereka
pun berangkat. Jarak antara sekolah dengan rumah cukup jauh. Walaupun
meggunakan sepeda motor, tetapi karena harus mengantarkan Shinta terlebih
dahulu, tidak menutup kemungkinan Joni biasanya terlambat.
Joni
bersekolah di SMA Negeri 3. Ia senang sekali bisa masuk di sekolah favorit ini.
Di sekolah, Joni termasuk siswa yang cerdas,kreatif, dan suka menolong. Ia juga
termasuk siswa yang jujur. Karena kejujurannya, ia disenangi oleh teman-teman,
dan para gurunya. Walaupun selalu ada saja tingkah konyol dari Joni yang
biasanya membuat teman-temannya kesal. Tapi, kekonyolan itu lah yang menghibur
teman-temannya di kelas.
Pagi
ini,diawali dengan pelajaran Matematika, ini merupakan pelajaran favorit Joni.
Ia selalu aktif dalam semua pelajaran, tidak hanya dalam pelajaran favorit nya saja. Pertanyaan,
atau sanggahan dari Joni selalu ia haturkan kepada guru-guru yag
mengajar,walaupun seringkali pertanyaan dan sanggahan itu sulit untuk di pahami
oleh teman-teman yang lain, tapi Joni tidak pernah malu, ia tidak pernah
berhenti untuk melakukan hal tersebut. Karena, bagi Joni, tidak ada yang perlu dimalukan selama
perbuatan itu baik. Dalam keseharian proses belajar mengajar, Joni anak yang
cerdas, tapi yang diherankan, nilai Joni sering tidak bagus jika ulangan
harian,itu lah yang membuat para guru bingung dengan Joni. Mungkin karena
tindakan dari Joni yang ceroboh, sehingga ia sering gagal dalam tes harian. Yahhh,,itu lah Joni,selain
pelupa, penyakit nya ternyata bertambah satu yaitu “ceroboh”.
Pelajaran
Matematika telah usai, pelajaran selanjutnya adalah Kesenian. Pelajaran ini
juga disenangi Joni, karena ia senang dengan musik. Alat musik yang biasa ia
mainkan adalah keybord. Sang Mama pernah akan membelikan nya sebuah keybord,
tapi kerena tragedi yang menimpa dirinya, niat mamanya pun diurungkan. Sifat
pelupa Joni memang selalu berimbas kepada dirinya. Dulu Mama nya telah
membelikan nya sebuah gitar, namun karena salah satu sifatnya tadi,gitar ny pun
kini tidak tahu dimana rimbanya,,,sehingga,harapannya untuk mendapat sebuah
keybord dari Mama pun harus di kuburnya dalam-dalam.
Dipelajaran
Kesenian ini, mereka harus memasuki lab musik. Rian sang ketua kelas pun dengan
penuh semangat memberikan aba-aba, “Siapppp.....salammmm...!?”,
“Selamat pagi Pakk...” (sahut mereka serentak), “Selamat pagi” (jawab guru musik itu). Guru musik mereka bernama
Pak Roy. “Oke,,pada hari ini tugas kalian
adalah membuat lagu bebas pop,minggu depan kalau bisa kalian sudah
mempresentasikannya, dan setelah itu kita lanjutkan dengan lagu anak-anak”
(perintah Pak Roy). “Haaaaaaaaaaaa????!”
(terdengar beberapa siswa yang tampak kebingungan dan cemas). “Pak, lagu pop nya itu bertema apa?”
(tanya Rian), “Iya, akan Bapak jelaskan
tentang tema dalam pembuatan lagu pop
ini, temanya adalah, yang pertama tentang alam atau lingkungan,maksudnya kalian
harus membuat lirik lagu yang maknanya mengenai alam atau lingkungan, entah itu
kekaguman kalian terhadap alam, ataupaun kekhawatiran kalian terhadap alam itu,
yang kedua adalah mengenai kasih sayang” (jelas Pak Roy dengan senyumnya). “Eaakkkkkkkk,,,”(sahut beberapa siswa
cowok). “Sebentar, kasih sayang itu bukan
hanya kepada seorang kekasih, pasti
fikiran kalian tentang sebuah percintaan antara si pria dan wanita,, itu hanya
sebagian kecil,yang Bapak maksudkan disini adalah mengenai kasih sayang
mencangkup makna yang luas. Kalian boleh mengekspresikan kasih sayang itu
kepada Tuhan,kepada orang-orang yang kalian sayang, atau kalian segani,atau
kalian kagumi, contohhh kalian buat lagu tentang saya, kalian buat kalau saya ini baikkkkk sekali” (ucap
Pak Roy dengan senyumnya), spontan itu membuat mereka semua tertawa,, “Pak, pak” (sahut Andri yang masih
tampak senyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya). “Itu kan contoh, setelah itu baru tentang percintaan” (tambah Pak
Roy). “Kalau galau Pak?” (tanya
Meisya),,sebelum Pak Roy menjawab,terlebih dahulu teman-teman yang lain
meledeknya,,,”Silahkan,,,kamu mau
nangis-nangis dalam lirik lagu mu pun tidak masalah,,” (jawab Pak Roy), ”Lebay
amat Pak,,sampai nangis-nangis” (sahut Meisya), “siapa tau kan” (jawab Pak
Roy),”Sekarang Bapak persilahkan kalian untuk mempersiapakan
tema beserta lirik nya,”(perintah
Pak Roy). Mereka pun sibuk mempersiapkan tema yang akan mereka pilih, walaupun
terlihat rasa bingung diwajah mereka,termasuk lah Joni, yang sedari tadi diam
mendengar penjelasan dari Pak Roy.
“Jon, lu buat tema apaan?” (tanya Ahiong yang duduk disamping
Joni), “Entahlah Hiong, gua masih bingung” (jawab Joni yang
memang tampak kebingungan), “Apalagi gua
Jon,,,bagaimana ini Jonnnn.....”
(tanya Ahiong sambil tertawa). Joni dan Ahiong termasuk teman karib, mungkin
karena mereka sama-sama keturunan Tionghoa, yaa walaupun Joni hanya sebagian
saja. Sering kali mereka berdialog menggunakan bahasa Tionghoa di kelas, dan
itu membuat teman-teman heran mendengar nya. Joni dan Ahiong juga sama-sama
mengikuti les bahasa asing di luar, bahsa asing itu adalah bahasa Jepang. Entah
apa alasan mereka mengikuti les bahasa asing, mungkin mereka sama-sama memiliki
sifat yang sama, yaitu keingintahuan terhadap sesuatu yan baru, atau pun yang
lain.
“Jonnnnn,,,,nyanyi yuk,,,!” (teriak seseorang), dan itu membuat
lamunan Joni pudar, ia mencari sumber
suara itu, dan itu adalah Meisya. “Kamu
manggil aku Mei?” (tanya Joni), “Ya
iyalah Jon, emang nama Joni di kelas kita ada berapa sih, masak aku
manggil Ahiong, nama Ahiong jadi Jonhiong
dong,,,” (jawab Meisya kesal),
“hahahahahaahhahah iya ya” (jawab Joni sambil menggaruk-garuk kepalanya
yang tidak gatal), “Kok nyanyi, emang
tugas dari Pak Roy tadi sudah kamu
selesaikan?”( tanya Ahiong), “belum
Hiong, aku bingung,,,nanti di rumah sajalah, semoga inspirasi itu muncul,”(jawab Meisya yang ternyata juga
kebingungan). Mereka pun menuju sebuah
keybord yang tergeletak di depan papan tulis. “lagu apa Mei?” (tanya Joni), “terserahlah
Jon)” (jawab Meisya). Joni pun mulai
memainkan sebuah lagu, tamapk jari-jemarinyya hafal sekali dalam memainkan lagu
ini. “Stop,stop “(perintah Meisya), “ada apa Mei?” (tanya Joni keheranan), “maaf Jon, ini lagu apa?hehehe” (tanya Meisya), “hembb,,, Mei,,Mei,inikan lagu Bunda” (jawwab Joni), “owhhh,,,kalau begitu lanjutkan Jon”
(pinta Meisya). Mereka pun menyanyikan kagu tersebut, ternyata tidak hanya
mereka , terdengar ada beberapa suara juga turut dalam menyanyikan lagu itu.
Satu lagu pun selesai
dinyanyikan. “Ya ampun Jon, tangan kamu
basah?!!!” (ucap Meisya), “hahahahahhaha,
udah biasa ini Mei” (jawab Joni tenang), “keringat di tangan yang banyak begini
kamu bilang sudah biasa? Emang sejak kapan Jon?” (tanya Meisya yang tampak
heran), “dari dulu, waktu aku ujian akhir
SLTP, aku memnggunakan sarung tangan Mei,itu pun masih basah” (jelas Joni),
“haaaaa???! Yang benar aja Jon?” (tanya Meisya heran), “iya Mei, masak aku bohong”
(tambah Joni pula), “faktor nya apa Jon,
kok bisa hebat kayak gitu? (tanya Meisya sedikit agak tertawa), “aku pun heran Mei, mungkin karena
nervous kali ya, tapi enggak juga deh kayak nya, waktu dulu masih SLTP,
keringat di tangan begini, keluar banyak kalau aku duduk dekat cewek, aku paling
takut dulu ama cewek Mei, ” (jelas Joni), “haaaa, makin aneh aja kamu Jon, berarti sekarang kamu grogi sama
aku, emang aku menakutkan Jon?”
(tanya Meisya kaget), “Ya enggak lah Mei,
penyakit takut terhadap cewek itu hilang
semenjak aku naik kelas 8” (jawab Joni senyum), “wishhh, hebat kamu Jon,
kirain masih takut ama cewek, jadi faktor nya sekarang apa dong, kok bisa
keluar banyak begitu?”(tanya
Meisya masih penasaran), “kurang tahu
lah,,aku pun malas untuk memikirkannya”
(jawab Joni).
“Teeeeeettttt,,teeeettt
” (terdengar suara bel, tanda istirahat).Terlihat siswa-siswa memenuhi
kantin sekolah, namun tidak terlihat Joni di antara mereka. Ternyata Joni masih
di dalam kelas. “Jon, kantin yuk..”
(ajak Ahiong), “sory Hiong, gua bawa
bekal, tadi gua beli di dekat rumah, lu mau
cobain?”(jawab Joni sambil menawarkan), “ohh,,,
boleh,tapi ikhlas gak ni?” (tanya Ahiong gurau), “ikhlas, tapi jangan di habisin...”(jawab Joni tenang), “hahahahahaha” (Ahiong tertawa dengan
sedikit makanan yang ada di dalam mulutnya), “gimana? enak gak?” (tanya Joni),
“enak Jon,ini berapaan harga nya?” (tanya Ahiong semangat), “mantappp, ini harganya 3 ribu Hiong, untuk
porsi gua cukup lah, gak tau deh kalau
porsi lu” (jawab Joni meledek), “ckckc,kalau
untuk gua sih gak cukup, besok gua
pesan 5 ribu ya, ini uang nya” (pinta Ahiong), “beres Hiong” (jawab Joni sambil mengacungkan jempol nya). “Teeeeetttt,,,teeeeetttt” terdengar bel
tanda masuk,pelajaran berikutnya adalah pelajaran yang cukup santai.
Tidak terasa, semua pelajaran
telah usai hari ini,saat nya pulang. “Jon,
jangan lupa sama pesanan
gua.........” (teriak Ahiong dari
kejauhan mengingatkan), Joni pun mengacungkan jempolnya sambil tersenyum tanda
semua pasti beres. Dilanjutkannya langkahnya menuju parkiran tempat dimana
sepeda motor para siswa,termasuklah dia. Sambil menunggu motor di depannya menyingkir, Joni pun teringat akan tugas dari
Pak Roy tadi pagi. Ia tampak bingung, tema apa yang akan diambilnya. Terasa
semua seperti sulit baginya. “Tittttt,,,titttt”
terdengar suara klakson motor yang spontan membuyarkan lamunannya. Ternyata
motor di belakang nya ingin keluar, di lihatnya motor di depannya sudah kosong,
bergegas ia keluar dari parkiran itu, dan saatnya kini menjemput Shinta.
Akhirnya, sampai juga Joni di
sekolah adiknya. Terlihat Shinta tengah berdiri di depan pintu gerbang menunggu
kedatangan Joni. “Maaf Shin, Koko lama ya
jemputnya?” (maaf Joni), “hembb,
emang Koko kemana dulu tadi?” (tanya Shinta), “tadi nunggu motor di depan motor Koko keluarnya cukup lama, Koko gak bisa keluar, yuk pulang, laper
nih,,,hehehe” (ajak Joni), Shinta hanya mengangguk, terlihat wajah nya
masih kesal, akibat lama menunggu. Mereka pun pulang menuju rumah.
Di perjalanan, “Shin, Koko boleh nanya sesuatu gak, sama
kamu?” (tanya Joni), “nanya apaan Ko, jangan yang aneh-aneh kalau nanya,
masak setiap kali di perjalanan pulang Shinta dikibulin terus ama pertanyaan
Koko yang aneh itu” (jawab Shinta kesal), “enggak, kali ini Koko serius,
janji deh” (ucap Joni meyakinkan adiknya), “iya deh, emang Koko mau nanya apa?” (tanya Shita pula, “Koko ada tugas dari Pak Roy, disuruh
membuat lagu pop bebas, tapi Koko bingung, tema apa yang harus Koko pilih” (jawab Joni), “emhhh, ditentukan apa tidak temanya Ko?” (Shinta balik bertanya), “ditentukan sih, yang pertama tentang alam
atau lingkungan, yang kedua tentang kasih sayang, kira-kira apa ya?” L (tanya Joni semakin sedih), “haaaaa, tentang kasih ssayang aja Ko, menurut aku sih, soal nya aku enggak ngerti
kalau tentang lingkungan,hehehe J” (jawab Shinta), “emmhh,,nanti lah Koko pikir-pikir dulu,,,” (ucap Joni), “ohh iya Mama hari ini masak apaan
ya,,,,???” (sahutnya pula mengalihkan pembicaraan), “emhhhh,,,Koko Koko, kok jadi makanan sih yang dipikirin,”(sahut
Shinta heran), “namanya juga orang lapar,
emang kamu enggak lapar?” (tanya Joni pula), “ya laparlah, tapi Shinta enggak lebay kayak Koko” (ucap Shinta
sambil menjulurkan lidahnya).
Akhirnya, mereka pun
sampai,,,
“Assalamu’alaikum....”
(salam keduanya), “wa’alaikumsalam ...”(jawab
Mama), “kok lama pulangnya, pasti Koko lupa ya jemput Shinta,” (tanya Mama), “Maaf Ma, tadi Joni nunggu motor yang di
depan motor Joni keluar cukup lama, Joni melamun, ternyata motornya uddah
keluar, hehehe” (jawab Joni
menjelaskan), “udah sholat belum?”
(tanya Mama pula), “belum,,sekarang Joni
mau Sholat dulu, ehh, tapi Mama masak apa
hari ini?” (tanya nya pula), “Mama
masak tumis kangkung, ada ikan sama
tahu goreng juga, di tambah sambal goreng kesukaan kamu,” (jawab Mama), “asyikkk,,, sholat dulu deh” (ucapnya
dengan semangat), “enggak konsen nanti
Koko sholat nya tuh, pasti pikirannya
ke makanan ” (ledek Shinta), “kamu
aja kali, Koko enggak” (jawabnya). Joni pun bergegas ke kamar mandi untuk
membersihkan tubuhnya dan segera berwudhu.
Selesai sholat, Joni pun
langsung menuju meja makan. Dibukanya penutup makanan dan betapa nafsunya ia
melihat masakan yang telah dibuat Mamanya itu. Tanpa berfikir panjang, ia
langsung menyantap makanan tersebut. Joni senang sekali dengan masakan Mamanya,
apapun yang dimasak oleh sang Mama pasti
di jadikannya makanan favorit. “Shinta.....udah
makan belum,,nanti Koko habisin nih”
(teriaknya dengan makanan yang masih memenuhi mulutnya), “Jonii,,, habisin dulu makanan dalam mulut, baru ngomong, teriak-teriak
lagi,!” (ucap Mama), “maaf Ma, Joni
lapar banget soalnya”, (jawabnya
pula). “Kokoooooo,,, jangan dihabisin,
Shinta belum makan, sisa kan dua tahu goreng buat Shinta” (teriak Shinta
yang khawatir makanan akan habis oleh Joni), “iya,,,makanya cepat, sebelum
Koko berubah fikiran nih,,,” (jawab Joni jahil). “Tidakkkkkkkkk,,,, “( ucap Shinta sambil berlari menemui Joni di
meja makan), “haaa kan lebay,,,sekarang
siapa yang lebay, Koko atau Shinta”
(ucap Joni yang semakin jahil), “bukannya
lebay, ini masalah hukum perut Ko,”
(jawab Shinta membela diri), ia pun langsung menyantap makanan bersama Joni.
Selesai makan,saatnya kini
beristirahat. Dibaringkannya tubuhnya di atas tempat tidur miliknya. Namun,
tiba-tiba Joni teringat kembali akan tugas yang di perintahkan oleh Pak Roy. Ia
semakin bingung, tema apa yang akan dijadikannya sebuah lagu. Otaknya terasa
sudah buntu untuk memikirkan tugas itu. Diambilnya secarik kertas dan sebuah
pena, untuk mencoba membuat sebuah lirik lagu, namun terasa kalimat-kalimat
yang dirangkainya itu tidak memiliki makna sama sekali. Joni semakin kesal,
kertas yang tampak sebagian telah dipenuhi kalimat-kalimat itu pun
diremas-remasnya. Joni pun membuang kertas itu, dan melemparkan penanya di atas
tempat tidur. Ia pun segera menutup
matanya, karena terasa sudah lelah.
Dua jam kemudian,,,
“Jonn, bangun udah sore, kamu belum sholat kan” (teriak Mama
membangunkannya), “iya Ma,,,, ”
(sahutnya pula), dan bergegas ke kamar mandi untuk berwudhu, setelah itu
sholat. Sambil menunggu maghrib, ia kembali membuat lirik lagu tersebut, tapi
hasilnya tetap nihil. “kamu kenapa Jon? Ada masalah di sekolah?”
(tanya Papanya), “enggak Pa,,, ”
(jawabnya yang mencoba menyembunyikan dari Papa nya), “owhh, kira Papa ada masalah, kapan kalian ulangan akhir semester?” (tanya Papa), “emhhh, kurang tahu Joni Pa, masih belum ada kabar dari sekolah” (jawabnya), “pesan Papa, kamu harus tetap belajar untuk
mempersiapkan semuanya, kegiatan yang kurang
penting, sekarang mulai dikurangi” (pesan Papa), “baik Pa,, ” (jawab Joni). Terdengar suara adzan maghrib, mereka
pun bersiap-siap untuk menunaikan ibadah sholat maghrib.
Selesai sholat, Joni memohon
di beri kemudahan dalam menjalani tugas yang di berikan Pak Roy, ia memohon
agar Tuhan memberinya jalan keluar atas masalah yang tengah menimpanya ini. “ Ko Joni,,,bisa ajarkan Dita matematika
gak? Ada PR nih...” (tanya Dita), “iya
Ko, Ria juga ada PR ipa, ajarin ya??”
(pinta Ria pula), “iya, tunggu Koko di ruang tengah” (jawab Joni).Bergegas
adik-adiknya menuju ke ruang tengan dengan wajah yang gembira, karena akan
mendapat bantuan dalam menyelesaikan PR mereka. Tidak berapa lama Joni pun
menghampiri adik-adiknya yang tampak menunggu kedatangannya. Joni pun
mengajarkan adik-adiknya dengaan penuh kesabaran, “Kamu enggak belajar Jon?” (tanya Mama), “iya Ma, sebentar, habis ngajarin Dita dan Ria Joni belajar” (jawabnya). Tidak terasa dua
jam telah berlalu. Joni pun telah selesai mengajarkan adik-adiknya. Terlihat
olehnya jam di ruang tengah yang telah menunjukkan pukul 20.05 wib. Joni pun
menuju ke kamar mandi untuk berwudhu dan menunaikan sholat isya’.
Selesai sholat, entah mengapa
kedua matanya tiba-tiba mengantuk sekali, dan ia pun merebahkan tubuhnya di
atas tempat tidur. Niatnya yang akan belajar seusai mengajarkan adik-adiknya
tadi, tampaknya akan batal. Dan benar saja, dalam hitungan menit, mata Joni
telah tertutup , ia pun tidur pulas.
“Koko mu mana Shin?” (tanya Mama), “tadi Koko ke kamar mau sholat “ (jawab Shinta), “kok lama amat sholatnya, coba kamu lihat ke kamar nya” (perintah Mama), “iya Ma” (jawab Shinta). Shinta pun
bergegas menuju kamar Joni, untuk mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh
Kokonya itu. Dibukanya pintu kamar Joni, dan terlihat olehnya Joni yang tengah
tidur pulas. “Hembbbb,,Koko Koko” (kesal Shinta sambil
menggeleng-gelengkan kepalanya). Ia pun
kembali menuju ke ruang tengah, untuk memberitahu kepada Mamanya apa yang ia
lihat barusan. “Koko kamu mana Shin?” (tanya Mama), “ada di kamar,” (jawab Shinta), “kok
masih di kamar?, katanya dia mau belajar?” (kesal Mama), “gimana mau belajar Ma, Koko udah tidur,,,,”
( jawab Shinta), “ haaaaaaa, udah tidur,
enggak biasanya dia begini, masih awal
kan? Biasanya juga tidur tengah malam” (ucap Mama kesal), “mungkin Koko capek Ma, habis di sekolah
tadi” (sahut Shinta), “emang ada
kegiatan apa Kokomu di Sekolah nya?” (tanya
Mama), “hehehe, enggak tahu Ma,, kan tadi
Shinta bilangnya kemungkinan,, ”
(jawab Shinta). “Kira Mama, kamu emang
tahu, ya udah lanjutkan belajarnya” (jawab Mama).
Joni masih tertidur dengan
pulas. Tampak ia memang sangat mengantuk sekali.
Tidak terasa pagi kembali
akan tiba. Di shubuh ini, Joni bangun lebih awal dari biasanya, jadi tidak di
dengarnya jam weker di sampingnya yang setiap hari selalu membuat telinganya
bising. Semua pekerjaan dan kewajibannya telah ia laksanakan, sarapan pun telah
tersedia. Tidak berapa lama, Mamanya pun bangun. “Eh Jon,,tumben udah bangun?” (tanya Mama), “ udah kenyang Ma, tidurnya,”
(jawabnya tenang), “tumben semalam kamu
cepat tidur? Kecapek an, atau sedang ada masalah?” (tanya Mama). “Joni
kecapek an Ma,” (jawabnya yang kembali mencoba menutupi permasalahan yang
dialaminya), “yakin,,enggak ada masalah?
Kalau ada masalah, jangan ditutup-tutupi
Jon, orangtua berhak tahu” (pinta Mamanya), “enggak ada kok Ma, enggak percaya amat ama Joni, “ (jawabnya), “emhh,,
kalau begitu ya sudah, kamu kok udah siap-siap,emang masuk sekolah jam berapa?”
(tanya Mamanya kesal), “Joni hari ini
agak masuk awal Ma” (jawabnya menjelaskan), “tapi ini masih jam 5 lewat Jon” (ucap Mama nya pula), “iya Ma, Joni hari ini enggak bisa mengantarkan Shinta, Joni masuk awal”
(tambahnya), “iya masuk awal, tapi ini
masih awal Joni... ” (ucap
Mamanya), “ sebentar lagi lah Joni pergi,
maksudnya Joni pergi awal selain masuk awal, Ahiong nitip sesuatu sama Joni,
nih uang darinya” (jawab Joni), (heran Mama).
Pukul 05.30, Joni pun
berangkat ke sekolah
Tidak
lupa akan pesanan Ahiong kemarin, ia pun membeli juga buat dirinya. Setelah itu
melanjutkan perjalanannya lagi ke sekolah. Hari ini Joni memang masuk lebih
awal, karena ada kegiatan kerja bakti. Sesampai di sekolah...
“Jon,, pesanan gua?” (tanya Ahiong dengan senyum lebar), “tenang Hiong, nih pesanan lu” (jawab
Joni sambil memberikan bungkusan itu kepada Ahiong. Dengan semangat Ahiong
mengambilnya dari tangan Joni, tampak nya ia memang telah jatuh cinta dengan
masakan tersebut. “Ini baru makan enak Jon.. “ (ucap Ahiong), “ hembbb,, Ahiong Ahiong,, soal makanan mah
lu semangat terus” (ledek Joni), “yeeeeee,,
seperti lu enggak Jon ! ”(jawab Ahiong),, “hehehe,,,kita sama Hiong,,” (jawab Joni senyum malu). Bel tanda
masuk pun berbunyi, saat nya mereka kerja bakti. Entah mengapa akhir-akhir ini
Joni tampak murung.
Tiap hari, baik itu di
sekolah maupun di rumah, Joni terlihat murung, ia masih sedih akan tugas yang
di berikan oleh Pak Roy. Sampai saat ini ia masih belum bisa untuk
menyelesaikannya. Sedangkan hari untuk mempresentasikan tugas tersebut tinggal
sebenar lagi, hati dan fikirannya semakin bimbang. Orang rumah semua heran akan
perubahan sikap Joni yang seperti ini. Tidak hanya orang dalam rumahnya,
teman-temannya pun merasakan perubahan sikap tersebut. Semuanya bertanya-tanya,
ada apa dengan Joni?. Namun, Joni tidak pernah untuk menceritakan akan masalah
yang sebenarnya itu mudah untuk di selesaikan.
Hari ini Joni berusaha untuk
keluar dari masalah itu,karena lusa akan segera di presentasikan. Joni mulai
mengambil secarik kertas dan sebuah pena. Di tutupnya kedua matanya, berharap
hari ini akan sukses. Gitar yang telah ia pinjam dari Andri kini tengah di
pegangnya, dan ia pun mencoba memainkan beberapa nada. Dengan ringan, ia
rangkai kalimat demi kalimat, Joni seperti tidak merasakan beban apapun,
sesekali kedua matanya kembali terpejam unuk menghayati kalimat yang akan
ditulisnya. Hanya dalam hitungan menit, lirik lagu itu pun berhasil Joni buat.
Betapa bangganya ia, terasa beban yang akhir-akhir ini menimpanya sekejap
menghilang. Dipandanginya kertas yang telah terpenuhi rangkaian kalimat itu,
betapa senang nya ia,karena kalimat-kalimat yang dirangkainya cukup bermakna.
Sekarang, waktunya ia memberi judul untuk lirik tersebut. Joni pun mulai
memikirkan nya, dann berhasil didapatkannya lagi. Judul lagu nya adalah “Semua Karnamu”. Kini Joni tinggal membuat nada untuk lagunya tersebut. Terlihat
ia kesulitan mencari nada-nadanya, namun
Joni yakin, ia pasti akan mendapatkannnya.
Satu jam kemudian...
Joni masih belum mendapatkan
nada yang cocok, ia tidak henti-hentinya untuk mencoba.
“Ko Joni buat apaan?”
(tanya Shinta), “Shin,,Ko Joni
berhasil membuat lagu untuk tugas dari Pak Roy” (jawabnya dengan penuh kegirangan), “jadi, selama ini Ko Joni
galau karena ini?” (tanya Shinta pula), “hehehe,
iya... ” (jawab Joni sambil menggaruk-garuk kapalanya yang tidak gatal), “bilangnya ke Mama sama Papa enggak ada masalah, bohong kann??” (ledek
Shinta), “Ko Joni malu lah Shin, masak Cuma gara-gara ini haru di ceritakan
sama Papa dengan Mama” (jawab Joni), “tapi,,akibatnya?
Ko Joni jadi tiba-tiba berubah,membuat seisi rumah ini gempar,,,hahahahahahah”
(ucap Shinta), “yahhhh,,dia mulai
melebay, dari pada kamu melebay yang enggak jelas, lebih baik banutuin Ko Joni
cari nada untuk lagu ini, menurut kamu, ini nadanya harus bagaimana?”
(tanya Joni), “owhhh, kalau ini mah
nadanya, pantasnya melow Ko,,” (jawab Shinta), “Ko Joni coba ya,,,” (Joni pun mulai mencoba memainkan gitar itu
lagi). Dan benar saja, ia pun mulai mendapatkan potongan demipotongan nada yang
cocok dengan kalimat dalam lirik lagunya. Joni mulai mencoba nya lagi, dan
berhasil mendapatkan sambungan-sambungan yang lain. Saatnya kini ia mencoba
untuk menyatukan nada-nada tersebut disertai dengan liriklagu nya. Berhasill,,
Joni mendapatkan seuah lagu yang utuh hasil karyanya dan bantuan dari Shinta
adiknya. “Tu kannn bisa, makanya Ko, masalah itu jangan di simpan sendiri, harus
berbagi juga dengan orang lain ntuk menyelesaikannya” (ucap Shinta), “iya,,, terimakasih ya Shin, atas bantuan
mu,sekarang Ko Joni janji, akan coba cerita kalau sedang ada masalah”
(jawabnya).
Joni senang bisa
menyelesaikan tugas nya dengan baik, dan berharap tugas ini akan dapat
dipersembahkan nya kepada Pak Roy beserta teman-temannya dengan baik pula.
Sehingga pertanyaan tentang “Ada Apa Dengan Joni” pun berakhir...itulah harapan
Joni.....
TAMAT |
1 komentar:
mantap mayy... aku jadi teringat masa-masa SMA :D
by jordi
Posting Komentar